INFOSEMARANG.COM -- Komunikasi nonviolent atau komunikasi tanpa kekerasan adalah strategi komunikasi yang berfokus pada ekspresi yang jujur tentang perasaan dan kebutuhan terdalammu kepada seseorang, serta kemampuan mendengarkan secara empati terhadap mereka.
Bentuk komunikasi ini dikembangkan oleh seorang psikolog klinis bernama Marshall Rosenberg pada tahun 1960 untuk mengatasi kekerasan di kota kelahirannya, Detroit.
Saat ini bentuk komunikasi ini sangat membantu digunakan dalam berbagai jenis hubungan, terutama hubungan romantis.
Komunikasi nonviolent bertujuan meningkatkan hubungan melalui pertukaran yang penuh kasih, kata Claudia de Llano, LMFT, seorang terapis perkawinan dan keluarga berlisensi serta penulis buku "The Seven Destinies of Love."
Dilansir dari verywellmind pada Sabtu, 22 Juli 2023, artikel ini akan menjelajahi komponen-komponen dari komunikasi nonviolent, manfaat dari strategi komunikasi ini, dan bagaimana kamu dapat menerapkannya dalam hubunganmu.
Komponen-komponen Komunikasi Nonviolent
Komunikasi nonviolent terdiri dari empat komponen:
1. Pengamatan
2. Perasaan
3. Kebutuhan
4. Permintaan
Kami telah berdiskusi dengan Clarissa Silva, seorang ilmuwan perilaku, pelatih hubungan, dan pencipta metode 'Your Happiness Hypothesis,' untuk membantu kita memahami bagaimana menerapkan komponen-komponen ini dalam hubungan.
1. Pengamatan
Melakukan pengamatan melibatkan menggambarkan elemen-elemen objektif dan faktual dari sebuah situasi tanpa ada penilaian.
Ini berfokus pada apa yang bisa diamati daripada disimpulkan atau diartikan, yang kadang-kadang bisa keliru.
Menahan penilaian dapat membantu mencegah sikap defensif dan memberikan kesempatan pada pasanganmu untuk terbuka kepadamu, kata Silva.
Contoh:
Daripada: "Kamu selalu mengabaikanku."
Coba katakan: "Aku melihat bahwa saat percakapan kita kemarin, kamu terus melihat ponselmu dan tidak meresponsku."
Baca Juga: Resep Spicy Chewy Potato yang Viral di TikTok, Mudah Cuma Butuh 3 Bahan Ini
2. Perasaan
Mengidentifikasi dan mengungkapkan emosi dapat membantu kamu memahami dirimu sendiri dan terhubung dengan pasanganmu.
Hal ini juga dapat membantu pasanganmu memahami pengalamanmu dan mengenali kebutuhanmu.
Proses ini melibatkan menjelajahi bagaimana kata-kata dan tindakan pasanganmu mempengaruhi perasaanmu, kata Silva.
Namun, penting untuk memiliki tanggung jawab atas perasaanmu, daripada menyalahkan pasanganmu.
Contoh:
Daripada: "Kamu membuatku marah saat membatalkan rencana."
Coba katakan: "Aku merasa sedih dan kecewa ketika rencana kita dibatalkan karena aku sangat bersemangat untuk bertemu denganmu."
3. Kebutuhan
Intropeksi dapat membantu kamu memahami kebutuhan terdalammu, kata Silva.
Setelah kamu mengidentifikasi kebutuhanmu, penting untuk belajar bagaimana mengungkapkannya tanpa menyalahkan atau mengkritik orang lain.
Contoh:
Daripada: "Kamu tidak pernah menghabiskan waktu bersamaku."
Coba katakan: "Aku membutuhkan lebih banyak waktu berkualitas dan kedekatan dalam hubungan kita."
4. Permintaan
Membuat permintaan yang jelas, spesifik, dan dapat dilakukan memungkinkan kamu meminta apa yang kamu butuhkan dari pasanganmu.
Kuncinya adalah mengarahkan permintaanmu berdasarkan apa yang kamu butuhkan daripada membuat tuntutan atau mengeluh tentang hal-hal yang tidak kamu sukai, kata Silva.
"Kita dapat mengurangi konflik dan kesalahpahaman dengan mendekati permintaan dari perspektif berbasis kebutuhan daripada berbasis tuntutan."
Baca Juga: DPR Komentari Gugatan Rp5 Miliar Panji Gumilang kepada Mahfud MD Layak untuk Ditolak
Contoh:
Daripada: "Kamu tidak pernah punya waktu untukku."
Coba katakan: "Bisakah kita mengatur kencan Jumat ini? Aku ingin menghabiskan waktu berkualitas bersama."
Masalah Umum dalam Pernikahan dan Solusinya
Bagaimana Menggunakan Komunikasi Nonviolent dalam Hubunganmu
Para ahli berbagi beberapa tips yang dapat membantumu menggunakan komunikasi nonviolent dalam hubunganmu.
Belajar Mendengarkan
Penting untuk belajar mendengarkan pasanganmu tanpa menginterupsi, menilai, atau bereaksi terhadap apa yang mereka katakan, kata de Llano.
Seringkali, kita merumuskan pemikiran kita sambil cepat mengolah perasaan kita, daripada benar-benar mendengarkan pengalaman pasangan kita, jelasnya.
"Komunikasi nonviolent membutuhkan kita untuk melambatkan proses komunikasi kita dan menahan interupsi, sehingga kita benar-benar dapat mendengarkan dan menjadi saksi obyektif atas kata-kata, pengalaman, dan perasaan pasangan kita."
Berhenti Sejenak Sebelum Menanggapi
Kita semua pernah meledakkan emosi pada pasangan ketika marah atau kesal, dengan niat untuk menyakiti mereka sebagai respons terhadap perasaan sakit kita.
Namun, berhenti sejenak sebelum menanggapi dan mengambil waktu untuk mengatur emosi agar dapat menanggapi dengan tenang dan bijaksana, bukan bereaksi dengan kemarahan atau defensif, dapat membantumu berlatih komunikasi nonviolent.
Proses komunikasi nonviolent memberikanmu kemampuan untuk mendengarkan dengan cara yang menunda reaktivitas, kata de Llano.
Alih-alih merespons situasi dengan marah atau antagonis, dia menyarankan untuk mundur sejenak dan pertimbangkan tanggapanmu.
"Dengan menjauh, kamu bisa bernapas, menyadari perasaanmu, mengidentifikasi kebutuhanmu, dan membuat permintaan yang masuk akal."
Jika kamu merasa tertekan untuk merespons, de Llano menyarankan untuk meminta waktu kepada pasanganmu untuk memproses, agar dapat merumuskan tanggapan yang bijaksana yang mencakup pengamatan, perasaan, kebutuhan, atau permintaanmu.
Hindari Penilaian atau Menyalahkan
Beberapa pola komunikasi negatif yang seringkali muncul adalah menyalahkan atau mengkritik pasangan daripada berbagi perasaan, kata Silva.
Dia menjelaskan bahwa pernyataan seperti: "Kamu tidak mendengarkanku" atau "Kamu membuatku takut" akan membuat orang lain berada dalam mode defensif.
Salah satu teknik yang paling efektif yang dapat kamu gunakan saat berbicara dengan pasanganmu adalah pernyataan "Aku," kata de Llano.
"Teknik ini dapat membantu meredakan konflik karena menempatkan tanggung jawab atas masalah pada orang yang mengemukakannya daripada orang yang menerimanya."
Jika kamu menghilangkan "kamu" dari pernyataanmu, pasanganmu akan lebih tidak defensif dan lebih terbuka untuk mendengarkan apa yang ingin kamu katakan, kata Silva.
Bagaimana Membangun Keterampilan Komunikasi Nonviolent
Para ahli berbagi beberapa langkah yang dapat kamu lakukan untuk membangun keterampilan komunikasi nonviolent:
1. Latih kasih sayang: Kita sering memberikan pikiran kritis, menyalahkan, dan meragukan diri kita sendiri dalam hubungan dengan diri kita, kata de Llano.
"Dengan belajar berpikir dan merespons dengan kasih sayang terhadap diri kita sendiri, kita memperbaiki cara kita merespons pasangan kita." Sebagai langkah awal, dia menyarankan untuk mengamati kata-kata, pikiran, dan perasaanmu, serta bagaimana kamu meresponsnya.
2. Tingkatkan empati: Menjadi empatik, menerima, dan mendukung dapat membantumu mengubah gaya komunikasimu, kata Silva.
"Kamu dapat berlatih empati dengan membayangkan dirimu berada dalam pengalaman pasanganmu pada saat itu, untuk memahami bagaimana perasaan mereka."
3. Tulis jurnal: Menulis jurnal dapat membantu kamu lebih sadar tentang pikiran dan perasaanmu - terhadap pasanganmu dan dirimu sendiri.
"Ini adalah cara yang baik untuk memantau apakah kamu mulai mengulang pola komunikasi buruk atau beracun," kata Silva.
Manfaat Komunikasi Nonviolent
Berikut adalah beberapa manfaat komunikasi nonviolent dalam hubunganmu, menurut para ahli:
1. Kesadaran diri yang lebih meningkat: Berlatih komunikasi nonviolent dapat membantumu lebih sadar akan perasaan dan kebutuhanmu.
Ketika kamu semakin sadar diri, kamu mulai memahami apa yang benar-benar akan membuatmu bahagia, kata Silva.
2. Kejujuran dan kedekatan yang lebih besar: Komunikasi nonviolent menciptakan suasana mendengarkan yang kurang emosional, lebih netral, lebih mantap, dan karena itu, lebih jujur, lebih terhubung, dan lebih intim, kata de Llano.
3. Niat yang lebih tinggi: Menanggapi dengan berpikir daripada bereaksi secara emosional dapat membantu kamu menjadi lebih bertujuan dalam komunikasimu.
Ini dapat membantumu menghindari situasi di mana kamu mengatakan hal-hal yang sebenarnya tidak kamu maksudkan.
4. Konflik yang lebih sedikit: Sementara komunikasi agresif atau menuntut dapat membuat pasangan berada dalam posisi defensif, komunikasi nonviolent dapat membantu mencegah atau meredakan konflik.
Ini mempromosikan empati dan membantu kamu dan pasanganmu melihat perspektif satu sama lain.
5. Kasih sayang yang lebih besar: Berpikir secara nonviolent membantu kamu menjadi lebih kasih sayang terhadap dirimu sendiri, pasanganmu, dan dunia pada umumnya, kata de Llano.
Semoga tips dan manfaat dari komunikasi nonviolent ini dapat membantu meningkatkan kualitas hubunganmu dengan pasangan!***