INFOSEMARANG.COM -- Kamu tahu kan, rasa ingin disukai dan diterima oleh orang lain sudah tertanam dalam benang merah kehidupan sosial kita.
Meskipun tak ada yang salah dengan sikap perhatian dan kebaikan, namun keinginan berlebihan untuk menyenangkan orang lain (people pleaser) bisa menjadi jerat, mengakibatkan stres, kecemasan, dan hilangnya identitas pribadi.
Jika kamu merasa selalu mencari validasi dan persetujuan dari orang lain dengan mengorbankan kesejahteraanmu sendiri, mungkin saatnya untuk melepaskan diri dari pola perilaku itu.
Dilansir dari psychologytoday pada Rabu, 26 Juli 2023, berikut adalah tujuh langkah untuk mengatasi kebiasaan menjadi people pleaser.
Pahami Pola dan Kenali Diri
Langkah pertama dalam mengatasi kebiasaan menyenangi orang lain adalah menyadari diri. Luangkan waktu untuk merenungkan tindakan dan motivasimu.
Akui pola dan situasi di mana kamu cenderung mengutamakan kebutuhan orang lain daripada kebutuhanmu sendiri.
Selami keyakinan dan ketakutan yang mendasari kecenderunganmu menyenangkan orang lain, seperti rasa takut ditolak atau dianggap egois.
Memahami motivasi ini akan memungkinkanmu untuk menghadapinya dengan lebih efektif.
Tentukan Batasanmu
Menetapkan batasan yang jelas sangat penting dalam mengatasi kebiasaan menyenangi orang lain. Mulailah dengan mengidentifikasi nilai-nilai, kebutuhan, dan batasanmu.
Sampaikan batasan-batasan itu secara tegas namun dengan rasa hormat kepada orang lain.
Ingatlah bahwa menetapkan batasan bukanlah tindakan egois; ini adalah bentuk perawatan dan penghormatan pada dirimu sendiri.
Siapkan dirimu untuk menerima penolakan atau perlawanan pada awalnya, namun tetaplah teguh pada keyakinanmu.
Kuatkan Rasa Percaya Diri Diri
Salah satu alasan utama orang terjerat dalam perilaku harus menyenangkan orang lain adalah karena kebutuhan konstan akan validasi eksternal.
Mulailah membangun pondasi kuat dalam menerima diri dan percaya pada diri sendiri.
Akui nilai dirimu dan validasi perasaan serta pendapatmu sendiri. Sadari bahwa kamu berhak untuk mengutamakan kesejahteraan dan kebahagiaanmu sendiri tanpa harus mencari izin dari orang lain.
Pelajari untuk Berkata Tidak
Berkata "tidak" bisa menjadi salah satu aspek paling menantang dalam mengatasi kebiasaan menyenangi orang lain.
Mulailah dengan memahami bahwa mengatakan tidak tidak membuatmu menjadi orang jahat atau berarti bahwa kamu mengecewakan seseorang.
Evaluasi dengan cermat permintaan dan tuntutan yang diajukan padamu, pertimbangkan kapasitasmu dan prioritasmu sendiri.
Latihlah komunikasi yang tegas ketika menolak permintaan, sampaikan alasanmu dengan kebaikan dan kejelasan.
Lakukan Perawatan Diri
Utamakan perawatan diri untuk menyegarkan kembali fisik, mental, dan emosionalmu. Lakukan aktivitas yang membawa kebahagiaan, mempromosikan relaksasi, dan mengurangi stres.
Kembangkan kebiasaan-kebiasaan sehat seperti berolahraga, meditasi, menghabiskan waktu di alam, atau mengejar hobi.
Merawat diri sendiri tidak hanya akan meningkatkan kesejahteraanmu tetapi juga akan meningkatkan rasa percaya diri dan membantumu melepaskan ketergantungan pada validasi dari luar.
Baca Juga: Ngeri! Gegara Teriak Terlalu Keras Pas Nonton Konser, Paru-paru Pria Ini Mendadak Pecah
Dekatkan Diri dengan Orang yang Mendukung
Mendekatkan diri dengan orang-orang yang mendukung dan memahami adalah kunci penting dalam perjalananmu mengatasi kebiasaan menyenangi orang lain.
Cari hubungan yang menghargai jati dirimu dan mendorong pertumbuhan pribadi.
Bagikan perjuanganmu dengan teman-teman atau anggota keluarga terpercaya yang dapat memberikan panduan dan dukungan.
Sudut pandang mereka dapat membantumu mendapatkan wawasan dan memperkuat perubahan positif.
Terima Kebiasaan Tak Sempurna
Perfectionism seringkali memperkuat perilaku menyenangi orang lain. Terimalah bahwa tidak ada yang sempurna, termasuk dirimu sendiri.
Terimalah bahwa membuat kesalahan adalah bagian dari proses belajar dan kesempatan untuk tumbuh.
Latihlah rasa simpati pada diri sendiri dan ingatkan dirimu bahwa nilai dirimu tidak ditentukan oleh mencapai ekspektasi orang lain.
Mengatasi kebiasaan menyenangkan orang lain membutuhkan refleksi diri, keberanian, dan ketekunan.
Dengan mengenali dan memahami pola diri, menetapkan batasan yang jelas, dan menguatkan rasa percaya diri, kamu dapat merebut kembali otonomimu dan membina hubungan yang lebih sehat.
Ingatlah, perjalanan menuju pemberdayaan diri dan autentisitas adalah proses berkelanjutan, namun hadiah-hadiah dari menjalani kehidupan sesuai jati diri tak akan pernah habis.***