INFOSEMARANG.COM -- Berikut ini 5 rekomendasi buku yang dibaca oleh leader BTS, Kim Namjoon atau RM BTS.
Beberapa buku ini muncul setelah RM secara terang-terangan menunjukkan buku bacaannya.
Sejumlah judul buku ini menjadi lumayan diari berkat rekomendasi RM BTS.
Simak rekomendasi buku yang wajib dibaca ini:
I Want to Die but I Want to Eat Tteokpokki
Buku ini ditulis oleh Baek Sehee tentang pengalaman depresi dari sudut pandangnya.
Diambil dari latar belakang pribadi Baek Sehee yang melawan distimia dan gangguan kecemasan selama 10 tahun.
Dalam buku ini, terdapat percakapan Baek Sehee dengan psikiater tentang sesi konsultasi selama masa depresi.
Baca Juga: 6 Situs untuk Baca Buku Rekomendasi Terbaik, Ada Fitur Rak Buku Online
Buku ini ditulis oleh Han Kang yang menceritakan tragedi kisruh 1980 antara tentara militer dan rakyat sipil di Gwangju, Korea Selatan.
Diawali dengan kisah tragis dua murid SMP yang secara kebetulan terlibat dalam pembantaian saat perjalanan pulang dari sekolah.
Terdapat narasi dari para korban yang masih hidup tentang tragedi tersebut.
Kim Jiyeong Lahir Tahun 1982
Ditulis oleh Cho Namjoo, buku ini menceritakan perjuangan seorang perempuan yang menjadi anak kedua di dalam keluarga.
Sejak kecil Jiyeong harus mengalami trauma berat sejak ayahnya bunuh diri.
Hingga ia dewasa pun, trauma itu terus berlanjut bahkan sampai dirinya menikah dan memiliki buah hati.
Sempat terjadi konflik antara Jiyeong dengan sang mertua.
Baca Juga: 3 Novel yang Cocok Dibaca selama Bulan Puasa, Cerita tentang Perempuan dan Pondok Pesantren
Jung’s Map of the Soul: An Introduction
Buku karya Murray Stein ini membahas tentang pemikiran teori psikologi Carl Gustav Jung.
Buku ini juga menjadi inspirasi RM BTS dalam pembuatan album Map of the Soul: 7.
Buku ini dibagi menjadi sembilan bab, yang mana pada kesembilan bab itu saling berkaitan, sesuai dengan teori dasar psikologi menurut Jung.
Novel Almond yang ditulis Sohn Wonpyung bercerita tentang seorang laki-laki yang memiliki penyakit alexitimia.
Alexitimia adalah penyakit dimana penderitanya tidak memiliki kemampuan untuk mengungkapkan atau pun merasakan emosi.
Tak jarang pula mereka tidak bisa membaca emosi orang lain sehingga bisa membuat mereka merasa kebingungan.
(*)