Jadi Santapan Khas Bulan Puasa Ramadhan, Ternyata Seperti Ini Sejarah Kolak, Sangat Filosofis dan Pernah Menjadi Media Penyebaran Islam

Kolak, santapan khas bulan puasa Ramadhan (Sumber : Twitter)

INFOSEMARANG.COM - Sajian kolak merupakan sesuatu yang tidak bisa dipisahkan dengan momen bulan puasa Ramadhan.

Sebagai makanan manis, kolak menjadi menu takjil yang populer sejak dulu sebagai santapan saat berbuka puasa di bulan Ramadhan.

Meski saat ini semakin banyak varian makanan manis sebagai menu berbuka puasa, tetapi keberadaan kolak sebagai menu takjil yang legendaris tetap tak terlupakan.

Baca Juga: 3 Aplikasi untuk Bantu Lancarkan Ibadah Puasa di Bulan Ramadan

Seperti apa sih sejarahnya hingga makanan yang identik dengan gula aren dan santan ini menjadi populer saat bulan puasa?

Kolak adalah makanan asli dari Indonesia, meski beberapa sempat menyangka bahwa sajian ini berasal dari Timur Tengah karena rasanya yang manis.

Bahkan menurut sejarahnya, kolak menjadi salah satu media penyebaran agama islam khususnya yang berada di daerah Pulau Jawa.

Baca Juga: 5 Manfaat Psikologis Melaksanakan Ibadah Puasa di Bulan Ramadhan, Ternyata Bukan Cuma Mendapat Pahala dan Kesehatan Aja Lho!

Kolak yang dibuat dari perpaduan pisang, ubi, kolang kaling, gula aren dan santan ini mempunyai filosofi mendasar dari bahasa arab yaitu Khalik yang berarti Sang Pencipta Allah SWT.

Dengan maksud agar masyarakat ketika memakan kolak itu terasa lebih dekat kepada sang pencipta-nya dengan harapan rasa syukur.

Di setiap pembuatan kolak mempunyai filosofi yang jarang diketahui yang mana di dalamnya memiliki makna yang berarti masyarakat jera terhadap dosa yang telah dilakukan selama hidupnya.

Baca Juga: Rangkaian Doa di 10 Hari Kedua Bulan Ramadhan untuk Memperoleh Ampunan Allah SWT, Jangan Lupa Amalkan!

Dengan maksud agar masyarakat ketika memakan kolak itu terasa lebih dekat kepada sang pencipta-nya dengan harapan rasa syukur.

Disetiap pembuatan kolak mempunyai filosofi yang jarang diketahui. Kolak dengan pisang didalamnya memiliki makna yang berarti masyarakat jera terhadap dosa yang telah dilakukan selama hidupnya.***

Tags :
BERITA TERKAIT
BERITA TERKINI