INFOSEMARANG.COM - Ramai perbincangan kualitas udara Ibu Kota DKI Jakarta yang kian memburuk.
Muncul sejumlah kekhawatiran masyarakat akan dampak yang ditimbulkan dari kualitas udara yang buruk, terutama mengganggu kesehatan pernafasan.
Namun rupanya, sebuah studi menunjukkan bahwa kualitas udara buruk tak hanya berdampak pada pernafasan saja.
Baca Juga: Persyaratan Dokumen CPNS 2023 dan PPPK Resmi dan Lengkap
Melansir laman resmi kemenkes.go.id, akibat kualitas udara yang semakin buruk, dapat membuat sejumlah masalah lain terhadap perilaku.
Mulai dari kemampuan seseorang dalam membuat keputusan, kesehatan jiwa, dan tingkat kejahatan.
Sebuah studi yang dipimpin oleh Jackson Lu dari MIT telah menyelidiki data selama sembilan tahun yang mencakup hampir seluruh wilayah di Amerika Serikat dengan lebih dari 9.000 kota.
Baca Juga: Sssttt! Ini Cara Membuat Volume Laptop Jadi Super Kencang Tanpa Speaker Tambahan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa "polusi udara dapat berhubungan dengan enam kategori kejahatan utama", termasuk tindak pembunuhan, pemerkosaan, perampokan, pencurian mobil, dan penyerangan.
Dalam kota-kota dengan tingkat polusi udara tertinggi, juga terdapat tingkat kejahatan yang lebih tinggi.
Meskipun penelitian ini bersifat korelasional, namun telah mempertimbangkan faktor-faktor lain seperti populasi, status pekerjaan, usia, dan jenis kelamin penduduk, dan polusi udara tetap menjadi faktor yang menunjukkan peningkatan tindak kejahatan.
Dukungan lebih lanjut muncul dari penelitian tentang "perilaku bermasalah" (seperti mencontek, bolos sekolah, mencuri, vandalisme, dan penggunaan narkoba) yang melibatkan lebih dari 682 remaja.
Diana Younan dari University of Southern California dan timnya secara spesifik mengamati partikel PM2.5.
Partikel kecil yang lebarnya 30 kali lebih kecil dari lebar rambut manusia dan memperhitungkan akumulasi efek paparan polusi udara selama 12 tahun terakhir.
Baca Juga: Cara Buat Akun SSCASN untuk Seleksi CPNS dan PPPK 2023 sampai Tuntas!
Sekali lagi, terlihat adanya perilaku bermasalah yang lebih banyak di wilayah dengan tingkat polusi udara yang lebih tinggi.
Untuk menganalisis hubungan ini yang tidak hanya bisa dijelaskan oleh faktor sosioekonomi, tim Younan juga mempertimbangkan tingkat pendidikan orang tua, tingkat kemiskinan, kualitas lingkungan rumah, dan faktor-faktor lainnya.
Hal ini dilakukan untuk mengisolasi pengaruh mikropartikel tadi dalam hubungannya dengan faktor-faktor lain yang telah diketahui memengaruhi tindak kejahatan.
Younan menyatakan bahwa temuan ini sangat mengkhawatirkan, terutama karena kita tahu bahwa perilaku saat masa remaja dapat menjadi indikator kuat tentang perilaku di masa dewasa.
Individu dengan perilaku bermasalah cenderung memiliki performa buruk di sekolah, lebih mungkin menganggur, dan memiliki risiko lebih tinggi untuk penyalahgunaan obat terlarang.
Oleh karena itu, intervensi sejak dini sangatlah penting.
Ada banyak mekanisme potensial yang dapat menjelaskan bagaimana polusi udara mempengaruhi moralitas kita.
Misalnya, Lu telah menunjukkan bahwa hanya pemikiran singkat tentang polusi udara dapat mempengaruhi keadaan psikologis kita dengan memicu hal-hal negatif terkait dengan polusi.
Baca Juga: Hary Tanoe Jadi Caleg Sekeluarga Termasuk Istri dan 5 Anaknya, Maju Dari Dapil Mana Saja?
Karena para peneliti tidak dapat secara fisik menghadapkan peserta penelitian pada polusi udara, mereka mengambil langkah yang paling mendekati situasi tersebut yang juga etis.
Mereka menunjukkan foto-foto kota yang sangat terpolusi kepada peserta dari Amerika Serikat dan India, dan meminta mereka membayangkan diri mereka hidup di sana.
"Dengan cara ini, kami menciptakan pengalaman psikologis dampak polusi udara," kata Lu.
"Dan kemudian kami meminta mereka untuk benar-benar membayangkan hidup di kota tersebut, dan bagaimana perasaan serta kehidupan mereka dalam lingkungan semacam itu, sehingga mereka bisa merasakan secara psikologis perbedaan antara polusi udara dan lingkungan bersih." sambungnya
Baca Juga: 6 Cara Menghilangkan Tulisan Online di WhatsApp padahal Sedang Online Gratis
Hasilnya, para peserta menunjukkan rasa gelisah, serta mereka menjadi lebih fokus pada diri sendiri dua tipe respons yang dapat meningkatkan tingkat agresivitas dan perilaku tidak bertanggung jawab.
"Ketika seseorang merasa cemas, mereka cenderung lebih mungkin untuk merespon dengan agresi, dibandingkan ketika mereka merasa tenang." jelas Lu.
"Oleh karena itu, dengan meningkatkan rasa cemas, polusi udara dapat berdampak negatif pada perilaku." pungkasnya. ***