INFOSEMARANG.COM -- Belanja menjadi kegiatan yang biasa dalam kehidupan sehari-hari.
Meski demikian, bagi beberapa orang, belanja tidak hanya sekadar kebutuhan, melainkan juga menjadi kebiasaan berlebihan yang terkadang sulit dikendalikan.
Pasalnya, fenomena ini tidak hanya melibatkan pertimbangan ekonomi, melainkan juga terkait dengan psikologi dan perilaku manusia.
Baca Juga: Cara Menghilangkan Saluran di Status WhatsApp, Ternyata Gampang Banget!
1. Dopamin dan Kenikmatan
Belanja berlebihan dapat merangsang pelepasan dopamin, neurotransmitter yang membuat kita merasa senang dan bahagia.
Pembelian barang-barang baru memberi sensasi kenikmatan, yang kemudian membuat seseorang ingin merasakannya lagi dan lagi.
Kondisi ini dapat menciptakan lingkaran setan di mana individu terus menerus mencari kepuasan melalui belanja.
Baca Juga: Curhatan Dini Sera Afrianti soal Pacaran, Terjebak Toxic Relationship?
2. Emosi dan Kecemasan
Beberapa orang merespon stres, kecemasan, atau bahkan kebosanan dengan berbelanja.
Karena dengan berbelanja tersebut dapat memberikan mereka perasaan sejenak bahwa mereka mengendalikan sesuatu dalam hidup mereka.
Namun, setelah sensasi berbelanja hilang, mereka sering merasa bersalah atau menyesal, menciptakan kebutuhan untuk merasakannya lagi untuk meredakan emosi negatif tersebut.
Baca Juga: Buntut iPhone 15 Overheat, Kini Apple Luncurkan iOS Teranyar Untuk Mengatasinya
3. Psikologi Konsumerisme
Budaya konsumerisme saat ini juga memainkan peran penting dalam mendorong perilaku belanja berlebihan.
Iklan yang merayu keinginan dan citra sosial yang diciptakan oleh barang-barang tertentu dapat mempengaruhi individu untuk membeli barang meskipun mereka tidak membutuhkannya.
4. Gangguan Kontrol Impuls
Belanja berlebihan juga bisa menjadi gejala dari gangguan kontrol impuls, di mana seseorang kesulitan mengendalikan dorongan untuk melakukan sesuatu, bahkan jika mereka menyadari konsekuensinya.
Faktor genetik dan lingkungan dapat berperan dalam pengembangan gangguan ini.
Baca Juga: Masih Seumur Jagung, Persis Solo Women Dibubarkan Usai Tidak Ada Kejelasan Liga 1 Putri
5. Pengalaman Traumatik atau Kehilangan
Beberapa orang mungkin menggunakan belanja berlebihan sebagai bentuk pelarian dari pengalaman traumatis atau kehilangan.
Pembelian barang-barang baru memberi mereka perasaan sesaat dari kepedihan yang mereka alami.
6. Tekanan Sosial dan Status
Tekanan sosial untuk menjaga penampilan dan status sosial dapat mendorong orang untuk membeli barang-barang mewah atau merk-merk terkenal, bahkan jika itu berarti menghabiskan lebih dari yang mereka mampu.
Untuk mengatasi kecanduan belanja ini diperlukan pemahaman mendalam tentang faktor-faktor psikologis yang mendasarinya.
Terapi perilaku kognitif, pendekatan konseling, atau dukungan kelompok dapat membantu individu yang mengalami masalah belanja berlebihan. ***