INFOSEMARANG.COM -- Sebagian orang mungkin pernah beranggapan bahwa selingkuh merupakan penyakit.
Ketika sudah berselingkuh, tidak menutup kemungkinan bahwa ia akan kembali selingkuh sehingga kerap disebut sebagai penyakit yang susah sembuhnya.
Namun di sisi lain, ada pula yang beranggapan bahwa selingkuh merupakan keturunan karena keluarganya semisal ayah atau ibunya juga pernah berselingkuh.
Baca Juga: 8 Cara Mengembalikan Hubungan Pasutri yang Mulai Merenggang
Lalu, bagaimana fakta sebenarnya? Berikut penjelasan dari beberapa hasil riset yang dilansir dari @psiologid.
Dalam sebuah penelitian diungkapkan bahwa terdapat reseptor dopamin yang disebut "DRD4" yang berperan terhadap sejumlah perilaku kecanduan seperti misalnya alkoholic, judi dan perselingkuhan.
Gen ini disebut sebagai "pencari sensasi".
Jika seseorang memilikinya dalam jumlah yang banyak, maka tidak menutup kemungkinan bagi seseorang jadi tergerak untuk mencari kenikmatan dari hal-hal yang menantang.
Baca Juga: Viral Video Ibu Tenggelamkan Bayi dalam Ember Berisi Air, Diduga Karena Sindrom Baby Blues
Sensasi dopamin sendiri pun akan memunculkan rasa senang ketika ia melakukan hal yang menantang tersebut.
Di sisi lain, secara genetik kita memang memiliki potensi selingkuh.
Namun hal tersebut bukan menjadi satu-satunya faktor karena pada dasarnya selingkuh lebih kompleks dari hal tersebut.
Justin R. Garcia, seorang peneliti yang mengkaitkan gen dan perselingkuhan pun menyampaikan bahwa "DRD4" memang membuat seseorang akan "mencari sensasi".
Baca Juga: 5 Karakteristik Zodiak Libra Dalam Percintaan, Benarkah Termasuk Bucin Tapi Cepat Bosan?
Namun setiap keputusan untuk berselingkuh disebutkannya pula merupakan pilihan sadar yang juga dipengaruhi oleh pilihan seseorang.
Lalu apakah seseorang yang selingkuh dapat disebut memiliki penyakit?
Sejumlah gangguan kepribadian seperti Borderline Personality Disorder (BPD) dan Narcissistic Personality Disorder (NPD) sering dikaitkan dengan perilaku tidak setia pada pasangan.
Suasana hati, pola interaksi dan emosi yang berubah-ubah pada BPD, serta sifat manipulatif yang dimiliki seorang NPD menjadi alasan mengapa keduanya sering disebut sebagai pemicu seseorang selingkuh.
Meski kepribadian dan genetik bisa menjadi faktor pemicu, namun sejumlah tindakan merupakan hal yang dilakukan secara sadar dan lebih melibatkan kontrol diri serta komitmen seseorang pada suatu hubungan.
Sehingga penting bagi seseorang untuk dapat melakukan kontrol terhadap dirinya sendiri dan memberikan batasan yang tegas sehingga dapat terhindar dari perselingkuhan ini.
Karena pada dasarnya, kita juga memiliki akal sehat dan pilihan bebas atas keputusan yang akan kita lakukan. ***