Memperbaiki Hubungan Saat Kamu dan Pasangan Terus Bertengkar Tentang Hal yang Sama

Ilustrasi | Cara menghadapi pertengkaran yang sama berulang kali. (Sumber : Freepik/jcomp)

INFOSEMARANG.COM -- Tak seorang pun ingin membayangkan perceraian saat mereka baru menikah atau bertunangan, namun konflik-konflik yang terus menghantui pernikahan dan kebahagiaanmu.

Hal ini menjadi penting bagi kamu mengatasi masalah ini secara langsung untuk menghindari keruwetan di masa mendatang.

Menghadapi pertengkaran yang sama berulang kali dalam hidupmu memang menakutkan.

Baca Juga: Aksi Bela Palestina, 2 Juta Massa akan Kumpul di Monas Minggu 5 November 2023

Oleh karena itu, belajar mengatasi masalah yang terus-menerus muncul sebelum kamu menikah akan mempersiapkanmu untuk hidup yang penuh kebahagiaan.

Meskipun kamu mungkin tidak akan pernah bisa menyelesaikan masalah tersebut sepenuhnya, kamu dapat mengelolanya dengan lebih sedikit stres.

Inilah cara menyelamatkan hubunganmu saat kamu terus bertengkar tentang hal yang sama:

1. Pahami Perbedaan dalam Kepribadian dan Gaya Hidup

Penelitian John Gottman mengungkapkan bahwa 69 persen masalah dalam hubungan bersifat abadi. Artinya, tidak realistis berpikir bahwa kamu harus menyelesaikan semua masalah sebelum menikah.

Untuk memiliki pernikahan yang sukses, kamu harus beralih dari pertengkaran yang meledak-ledak menjadi keterampilan komunikasi yang lebih efektif.

Gottman menemukan bahwa memendam emosi dan kemarahan dapat menyebabkan perceraian yang terjadi jauh di masa depan — sekitar 16,2 tahun setelah pernikahanmu.

Namun, dia mengidentifikasi empat pola perilaku khusus yang disebutnya "four horsemen of the apocalypse" yang dapat menyebabkan perceraian dini — hanya 5,6 tahun setelah pernikahan.

Hal ini tentu bukanlah gambaran kehidupan yang bahagia selamanya yang kamu impikan!

Baca Juga: Kampung Batik Semarang, Dari Lokasi Bersejarah Melawan Jepang Menjadi Tempat Wisata Budaya

2. Kenali "Four Horsemen of the Apocalypse"

a. Kritik: menyalahkan atau menyerang kepribadian atau karakter pasanganmu (contoh: "Kamu tidak pernah mencuci piring; kamu sangat malas!")

b. Hinaan: berbicara kepada pasanganmu dengan sikap merendahkan atau menghina, yang juga melibatkan bahasa tubuh negatif, seperti menggelengkan kepala, dan sindiran yang menyakitkan (contoh: "Aku tidak akan pernah melakukannya, kamu begitu bodoh!")

c. Pertahanan: melindungi diri dengan berpura-pura menjadi korban atau memberi alasan untuk membela diri dari serangan yang dirasakan (contoh: "Aku tidak akan berteriak jika kamu tidak memprovokasi saya terlebih dahulu.")

d. Stonewalling: menutup diri atau menarik diri secara emosional dari interaksi. Misalnya, setelah istri mengkritik suaminya, ia mundur ke ruang pribadinya daripada merespons atau memberi jawaban yang dibutuhkan.

Baca Juga: Tuntang Semarang, Jarang Diketahui Memiliki Sejarah Penting Bangsa Indonesia

3. Sadarlah akan Awal Percakapan

Kamu dapat menghindari perilaku yang menyebabkan perceraian ini dengan lebih sadar tentang cara memulai percakapan.

Orang biasanya terlibat dalam perilaku yang tidak menyenangkan karena mereka dilanda emosi.

Sesuatu yang dilakukan (atau tidak dilakukan) oleh pasanganmu membuatmu marah.

Kita cenderung marah ketika sesuatu dianggap penting dan disalahartikan atau dianggap tidak penting oleh pasangan kita.

Aku suka memandang kemarahan sebagai emosi sekunder. Biasanya, di balik kemarahan, kamu merasa sakit, sedih, dikhianati, takut, atau rentan.

Ketika kamu merespons kemarahan pasanganmu dengan lebih banyak kemarahan, sangat sulit untuk menggali lebih dalam dari kemarahanmu dan mengatasi inti masalah yang terjadi.

Ketika kamu berkomunikasi dengan melibatkan salah satu dari "Four Horsemen of the Apocalypse", pasanganmu merespons perilaku negatif ini daripada masalah pokok yang penting bagi kamu.

Hal ini membuat kamu berdua bertindak sebagai lawan, bukan sebagai tim.

Fokuslah mengenai topik yang harus diselesaikan dan identifikasi bagaimana pasanganmu dapat membantumu.

Dengan begitu, mereka dapat berinteraksi denganmu tanpa defensif, kritis, atau menarik diri. Saat itulah percakapan produktif dan kompromi dapat terjadi.

Baca Juga: Safira Alifa Mahasiswi Unissula Semarang 3 Hari Menghilang, Terakhir Pergi dari Rumah Naik Ojol

Untuk memastikan keberhasilan pernikahanmu, kamu juga harus belajar kapan waktu terbaik untuk membicarakan masalah.

Memahami perbedaan, menghindari "Four Horsemen of the Apocalypse" Gottman, dan sadar akan cara memulai percakapan yang sehat adalah langkah penting menuju hubungan yang lebih bahagia.

Semoga tips ini membantumu dalam perjalanan menuju hubungan yang lebih harmonis.***

Tags :
BERITA TERKAIT
BERITA TERKINI