INFOSEMARANG.COM -- Beberapa pekan terakhir, masyarakat dihebohkan dengan berita mengenai penyakit menular misterius di Tiongkok yang akhirnya teridentifikasi sebagai mycoplasma pneumoniae.
Penyakit menular ini disebabkan oleh bakteri mycoplasma yang dapat menyebar melalui droplet.
Dalam konferensi pers daring, dr. Nastiti Kaswandani, seorang Dokter Spesialis Anak Konsultan di RSCM, menjelaskan bahwa anak-anak yang terkena pneumonia mycoplasma biasanya mengalami demam, batuk, dan sakit tenggorokan.
Batuk ini dapat berlangsung cukup lama dan pada remaja dapat menyebabkan nyeri dada dan kelelahan.
Baca Juga: Basarnas Hentikan Operasi SAR Pendaki Gunung Marapi: Seluruh Korban Telah Ditemukan
Perlu dicatat bahwa keparahan pneumonia mycoplasma jauh lebih rendah dibandingkan dengan virus Corona atau influenza.
"Itu yang menonjol pada gejala pneumonia akibat bakteri mycoplasma. Dibandingkan dengan virus Corona atau virus influenza, keparahan pneumonia mycoplasma jauh lebih rendah," ujarnya.
Tingkat kematian rendah, hanya sekitar 0,5 hingga 2 persen, terutama pada pasien dengan kondisi komorbid.
Meskipun kasus pneumonia mycoplasma sudah ada di dunia dan memiliki pengobatan, dr. Nastiti mengingatkan agar masyarakat tidak panik.
Ia juga menyerukan kepada media untuk mendidik masyarakat dan menghindari pemberitaan yang dapat menimbulkan kepanikan.
Nastiti menegaskan bahwa kebanyakan kasus pneumonia mycoplasma terjadi pada anak-anak prasekolah dan usia sekolah, dengan proporsi tertinggi pada anak-anak sekolah sebesar 30 persen.
"Bayi yang menderita pneumonia hanya sedikit, mungkin hanya lima persen. Memang lebih banyak usia anak-anak sekolah, tadi juga ada yang sampai 12 tahun," ucap Nastiti
Di Indonesia, telah terdeteksi enam kasus pneumonia mycoplasma pada anak-anak berusia 3 hingga 12 tahun.
Dengan demikian, walaupun penyakit ini memerlukan perhatian, penting untuk tetap tenang, mengedukasi masyarakat, dan memahami bahwa pengobatan sudah tersedia.***