Hasil Penelitian: Kualitas Udara Buruk Tak Hanya Sebabkan Gangguan Pernafasan, Ternyata Bisa Pengaruhi Kesehatan Mental

Ilustrasi : kualitas udara buruk pengaruhi kesehatan mental (Sumber : unsplash.com)

INFOSEMARANG.COM - Banyak yang menduga bahwa kualitas udara buruk yang akhir-akhir ini makin terjadi di sejumlah kota mengganggu pernafasan.

Hal itu memang ada benarnya, namun tahukah Anda jika kualitas udara buruk juga mempengaruhi kesehatan mental seseorang?

Melansir rendahemisi.jakarta.go.id, sebuah hasil penelitian yang dilaksanakan oleh Dr. Vivian Pun, seorang pakar epidemiologi polusi udara dari Vital Strategies, mengungkapkan.

Baca Juga: Cara Cegah ISPA Pada Anak di Tengah Kulaitas Udara Buruk

Bahwa paparan jangka panjang terhadap tingkat PM2.5 memiliki kaitan signifikan dengan gejala kecemasan sedang hingga parah, serta tanda-tanda depresi.

Studi ini melibatkan partisipasi 4.000 warga lanjut usia yang tersebar di seluruh wilayah Amerika Serikat.

Data kesehatan mental diperoleh dari National Social Life, Health and Aging Project (NSHAP), sementara data mengenai partikel-partikel halus berasal dari Badan Perlindungan Lingkungan AS.

Baca Juga: Kalah Tipis 0-1 dari Korea Selatan, Tim U-17 Mendapat Apresiasi dari Pelatih Bima Sakti dan Erick Thohir

Penelitian ini termasuk dalam penelitian awal yang menyelidiki keterkaitan antara polusi udara dan kesehatan mental, khususnya dalam hal gejala depresi.

Hasil studi ini kemudian diperkuat oleh bukti-bukti tambahan yang terus berkembang, yang mengaitkan eksposur terhadap polusi udara dengan berbagai gangguan kesehatan mental pada populasi dewasa, seperti depresi, kecemasan, bipolar, dan bahkan risiko perilaku bunuh diri.

Penelitian ini juga diperluas untuk mencakup anak-anak dan remaja, dengan temuan yang serupa.

Baca Juga: Waspada Gejala ISPA, Sakit yang Diderita Menkeu Sri Mulyani hingga Suaranya Hilang saat Rapat

Studi-studi berikutnya juga menyajikan temuan yang sejalan, menunjukkan hubungan yang serupa antara tingkat polusi udara dan kesehatan mental, di berbagai kota dengan tingkat konsentrasi polusi yang bervariasi.

Contohnya, penelitian dilakukan di kota-kota seperti London (dengan konsentrasi 12,8 μg/m³) dan Beijing (dengan konsentrasi 50,4 μg/m³).

Meskipun proses yang mendasari dampak polusi udara terhadap kesehatan mental masih belum sepenuhnya dipahami.

Baca Juga: Curhat Wanita 10 Tahun Bertetangga dengan Mantan Suami Jadi Sorotan: Serasa Dipantau 24 Jam

Terdapat kemungkinan beberapa faktor yang berperan dalam keterkaitan ini.

Beberapa penelitian telah mengindikasikan bahwa paparan PM2.5 dapat memicu peradangan, stres oksidatif, kerusakan pada pembuluh darah, serta degenerasi otak.

Respons-Respons ini dapat berkontribusi terhadap timbulnya gejala depresi, meningkatkan tingkat hormon stres kortisol, serta memperburuk kondisi kesehatan jantung dan pernapasan utama, seperti stroke.

Baca Juga: 6 Pamsimas di Kota Semarang Segera Diresmikan Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, Total Ada 96 Lokasi Proyek Pamsimas

Temuan dari penelitian ini juga menyarankan bahwa dampak menghirup PM2.5 secara khusus berdampak pada kesehatan mental individu yang memiliki riwayat gangguan kardiopulmoner.

Seperti stroke atau gagal jantung, serta bagi mereka yang tinggal dalam komunitas dengan tingkat sosial ekonomi yang rendah, ditandai oleh angka kemiskinan dan tingkat pengangguran yang tinggi.

Temuan ini dapat dihubungkan dengan mekanisme biologis, misalnya, individu dengan kondisi kesehatan yang buruk cenderung lebih rentan terhadap stres.***

Tags :
BERITA TERKAIT
BERITA TERKINI