INFOSEMARANG.COM -- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyampaikan panduan pencegahan penyebaran virus Nipah yang dapat menular dari hewan ke manusia.
Meskipun belum ada kasus terdeteksi di Indonesia, pemerintah telah meningkatkan kewaspadaan.
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes Siti Nadia Tarmizi mengungkapkan, Virus Nipah yang kini sedang menyebar di India bukanlah virus baru dan telah ada selama beberapa dekade.
Namun, saat ini, dua kematian telah terjadi dan ratusan orang sedang dalam pemeriksaan di India.
Baca Juga: Kecelakaan Beruntun Tol Ungaran Semarang, CR-V Putih Timpa Kendaraan Lain, Jalan Macet Parah
Langkah-langkah yang dapat diambil untuk mencegah penularan antara lain:
1. Hindari mengonsumsi nira atau aren langsung dari pohonnya karena kelelawar dapat mengontaminasi cairan manis dari batang tanaman seperti tebu, sorgum, mapel, atau getah tandan bunga pada malam hari. Nira tersebut perlu dimasak sebelum dikonsumsi.
2. Hindari kontak dengan hewan ternak yang dapat terinfeksi virus Nipah, seperti babi dan kuda. Jika kontak diperlukan, gunakan alat pelindung diri untuk mencegah kontak langsung dengan organ tubuh.
3. Sarung tangan dan pelindung diri harus digunakan saat menyembelih atau memotong hewan yang terinfeksi virus Nipah.
4. Pastikan daging ternak dimasak dengan baik, cuci dan kupas buah secara menyeluruh, dan buang buah yang menunjukkan tanda-tanda gigitan kelelawar.
5. Bagi tenaga kesehatan, keluarga yang merawat pasien terinfeksi, dan petugas laboratorium yang mengelola spesimen pasien, penting untuk menerapkan pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI) dengan benar.
6. Selalu menjaga kebersihan tangan secara teratur dan etika bersin.
Baca Juga: Apa Itu Megibung? Tradisi yang Diadakan Umat Muslim Kampung Islam Bali saat Maulid Nabi
Jika seseorang mengalami gejala yang terkait dengan penyakit virus Nipah setelah berinteraksi dengan hewan atau pasien yang terinfeksi, segera datang ke fasilitas layanan kesehatan terdekat untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Dokter akan menentukan mekanisme pengobatan yang diperlukan, seperti terapi suportif dan simptomatik untuk meredakan gejala.
Gejala yang dapat muncul varian, mulai dari demam, sakit kepala, mialgia (nyeri otot), muntah, hingga nyeri tenggorokan.
Gejala ini dapat diikuti dengan pusing, mudah mengantuk, penurunan kesadaran, dan tanda-tanda neurologis lain yang menunjukkan ensefalitis akut.
Beberapa kasus bahkan dapat mengalami pneumonia atau gangguan saluran pernapasan berat. Angka fatalitas yang tinggi, sekitar 40-75 persen, disebabkan oleh gejala yang tidak khas di awal sakit.
Sayangnya, hingga saat ini belum ada vaksin yang tersedia untuk mencegah penyebaran virus Nipah.
Virus ini dapat ditularkan dari berbagai jenis hewan, baik liar maupun domestik, dengan kelelawar buah menjadi inang utamanya.
Pada 2008, kasus virus Nipah telah dilaporkan di beberapa negara seperti Malaysia, Singapura, India, Bangladesh, dan Filipina.
Belakangan, pada pertengahan 2021, wilayah Kerala di India melaporkan kejadian luar biasa (KLB) virus Nipah, yang juga terulang pada tahun 2023 dengan enam kasus konfirmasi dan dua kematian pada bulan September.***