INFOSEMARANG.COM- Daun kelor, yang dikenal memiliki nilai gizi tinggi dan kaya akan vitamin, menjadi pilihan makanan yang sangat bermanfaat dalam memperbaiki kondisi gizi anak, terutama bagi yang mengalami stunting.
Hal ini diungkapkan oleh dokter spesialis obstetri dan ginekologi, dr. Andree Hartanto, Sp.OG mengungkapkan manfaat daun kelor.
Menurut Andree, penelitian telah membuktikan bahwa daun kelor mengandung kalsium empat kali lebih tinggi dibandingkan susu, dan vitamin C tujuh kali lebih tinggi dibandingkan jeruk, jika dibandingkan per seratus gram.
“Penelitian menunjukkan bahwa daun kelor memiliki kalsium lebih tinggi empat kali dari susu dan vitamin C tujuh kali lebih tinggi dari jeruk, apabila dibandingkan per seratus gram,” kata Andree seperti dikutip Infosemarang.com dari Antara 2 November 2023.
Dr. Andree, yang lulus dari Universitas Sam Ratulangi, menjelaskan hal ini dalam sebuah wicara bersama IKKT Pragati Wira Anggini di Jakarta.
Selain kekayaan vitamin dan kalsiumnya, daun kelor juga memiliki kadar protein nabati tertinggi di antara sayuran lainnya.
Ini adalah sumber kalsium, vitamin C, vitamin B, dan zat besi yang sangat baik. Banyak jurnal ilmiah yang telah membuktikan manfaat daun kelor untuk meningkatkan gizi anak-anak yang mengalami stunting.
Dr. Andree sendiri telah mempromosikan konsumsi daun kelor melalui restoran yang dia dirikan di Jakarta dan Nusa Tenggara Timur.
“Meskipun tidak ada susu sapi, Tuhan menciptakan daun kelor yang tinggi kalsium dan vitamin D juga,” ucap dia.
Selain memberikan manfaat bagi anak-anak yang mengalami stunting, daun kelor juga sangat baik untuk ibu hamil.
Konsumsinya dapat meningkatkan kadar zat besi sebelum dan selama kehamilan, serta selama menyusui, yang pada gilirannya dapat mengurangi risiko anak mengalami stunting.
Namun, dr. Andree menekankan bahwa hanya mengonsumsi daun kelor saja tidak cukup untuk memulihkan kondisi fisik anak yang mengalami stunting.
Penting juga bagi ibu untuk memastikan anaknya mendapatkan asupan protein nabati dan hewani yang cukup dan seimbang.
Selain itu, penanganan stunting memerlukan pendekatan holistik dan tidak hanya berfokus pada konsumsi makanan bergizi.
Kasus stunting di Indonesia mencapai 21,6 persen dari populasi balita pada tahun 2022, mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 24,4 persen.
Baca Juga: Sebelum Dibunuh, Warga Sebut Korban Bocah 8 Tahun Sempat Dilecehkan Anak Pensiunan Polisi
Pemerintah berupaya menurunkan angka stunting menjadi 14 persen pada tahun 2024.***