SEMARANG, INFOSEMARANG.COM- Dosen Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) Soegijapranata Catholic University (SCU), Dyah Wulandari, Ph.D meraih penghargaan Young Scientist Award dalam 22nd World Congress Food Science and Technology yang diselenggarakan International Union of Food Science and Technology (IUFoST) pada 8-12 September di Rimini, Italia. IUFoST sendiri merupakan organisasi beranggotakan negara-negara yang memiliki asosiasi profesi ahli teknologi pangan.
Ini adalah kali ke-3 Indonesia menyabet penghargaan serupa sejak kongres dua tahunan tersebut diadakan pertama kali pada 2006. Tahun ini, ada lebih dari 4000 akademisi dari 95 negara yang ikut berpartisipasi.
Mengusung tema “The Future of Food is Now: Development, Functionality & Sustainability,” forum tersebut membahas mulai dari nutrisi, pengembangan produk pangan, makanan fungsional, hingga keberlanjutan dan keamanan pangan.
Penghargaan tersebut diterima Dyah setelah ia meneliti enzim pendegradasi plastik Polyethylene Terephthalate (PET) pada botol kemasan minuman bersama UNDIP, Perusahaan Wespran Artificial Intelligent Perancis, dan Pusat Kolaborasi Riset Enzim Termofilik. . Menurutnya keterangannya, saat ini Indonesia telah menghasilkan lebih dari 67 juta ton sampah plastik, namun pengelolaannya hanya mencapai sekitar 14%.
“PET membutuhkan waktu 500 tahun untuk terhidrolisis secara alami dan yang paling banyak diproduksi. Penggunaanya hampir mencapai 70 juta ton tiap tahunnya dalam berbagai kemasan makanan dan minuman,” tegas Dyah, di Semarang, Jumat 4 Oktober 2024.
Berkaca pada hal tersebut, Dyah bersama timnya mencoba memanfaatkan aktivitas enzimatik mikroorganisme melalui pendekatan biologi sintetis untuk mempercepat hidrolisis limbah plastik PET. Hasilnya, Dyah dan timnya berhasil melakukan hidrolisis PET hampir sebesar 80% dalam kurun waktu 24 jam pada suhu 70ᵒC
Hasil ini menurutnya membawa dampak signifikan untuk menciptakan kemasan pangan yang berkelanjutan, ramah lingkungan, serta mengurangi potensi limbah mikroplastik. “Sekaligus menjawab tantangan pemanasan global dan pengurangan emisi karbon dunia,” lanjutnya.
Young Scientist Award
Sebelumnya, Dyah telah mengikuti proses seleksi melalui Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia (PATPI) Cabang Kota Semarang. Tidak hanya nasional, kandidat Young Scientist Award harus mengajukan topik riset yang dapat menjawab permasalahan global dengan teknologi terbaru yang inovatif.
“Kami mengajukan semacam proposal, PATPI juga memberikan bantuan berupa penyelenggaraan online camp guna mempersiapkan IUFoST Competition. Di sana pun masih diseleksi kembali,” tutur Dyah.
Selain harus menyelesaikan studi doktoralnya sebelum menginjak usia 35 tahun, para kandidat juga harus mempunyai latar belakang riset yang kuat selepas meraih gelar S3. Salah satunya bisa melalui penerimaan pendanaan riset nasional maupun internasional. Bukan hanya penelitian dan publikasi, mereka pun juga harus mempunyai kontribusi nyata di bidang pangan dan keaktifan di organisasi internasional.***