INFOSEMARANG.COM -- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) tengah melaksanakan program penyebaran jentik nyamuk berbakteri Wolbachia di lima kota endemis demam berdarah dengue (DBD) Indonesia sepanjang tahun 2023.
Dilansir dari Kantor Berita Antara, kota-kota tersebut meliputi Semarang, Bontang, Kupang, Jakarta Barat, dan Bandung, di mana tiga kota pertama telah menerima penebaran jentik nyamuk.
Denpasar juga akan menjadi bagian dari program serupa, namun melalui kolaborasi dengan organisasi internasional.
Menkes Budi Gunadi Sadikin menjelaskan langkah-langkah ini dalam Rapat Kerja DPR RI Komisi IX secara daring di Jakarta, Selasa, 14 November 2023 lalu.
Baca Juga: 4 Contoh KDRT Menurut Komnas Perempuan, Lengkap dengan Sumbernya
Program penebaran jentik nyamuk berbakteri Wolbachia diinspirasi oleh inisiatif swasta di Yogyakarta dan telah teruji keberhasilannya di berbagai negara, seperti Brazil, Singapura, dan Bangladesh.
Siti Nadia Tarmizi, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI, mengungkapkan bahwa efektivitas Wolbachia telah diteliti sejak 2011 oleh The World Mosquito Program (WMP) di Yogyakarta dengan dukungan Yayasan Tahija.
Penelitian ini membuktikan bahwa nyamuk Aedes Aegypti ber-Wolbachia dapat mengurangi kasus dengue hingga 77,1% dan mengurangi rawat inap akibat dengue hingga 86%.
Wolbachia dapat menonaktifkan virus dengue dalam tubuh nyamuk, mencegah penularannya ke manusia.
Penelitian dari Pusat Kedokteran Tropis Universitas Gadjah Mada (UGM) menyatakan bahwa nyamuk Aedes Aegypti ber-Wolbachia tidak mengalami modifikasi genetik.
Bakteri Wolbachia yang dimasukkan ke dalam tubuh nyamuk identik dengan yang ada di inang aslinya, Drosophila Melanogaster.
Baca Juga: Imigran Rohingya Buang Bantuan Warga Aceh ke Laut, Warganet : Gak Tau Diri
Berbagai lembaga internasional, termasuk Office of the Gene Technology Regulator (OTGR) Australia, menegaskan bahwa nyamuk Aedes Aegypti dengan Wolbachia tidak dianggap sebagai GMO.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (US-CDC) dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga menyatakan bahwa Wolbachia adalah produk pengendalian vektor tanpa modifikasi genetik.
Pusat Kedokteran Tropis UGM menjamin bahwa tidak ada perbedaan jumlah nyamuk Aedes Aegypti sebelum dan sesudah penebaran jentik Wolbachia.
Wolbachia juga tidak menyebabkan infeksi pada manusia, tidak menularkan ke spesies lain, dan tidak mencemari lingkungan. Program ini merupakan langkah inovatif Kemenkes dalam upaya pengendalian DBD di Indonesia.***