Mengkhawatirkan, 155 Remaja di Demak Idap HIV/AIDS, Total Kasus 847 ODHA

Ilustrasi | Jumlah penderita HIV/AIDS di Demak hingga September 2023 sebanyak 847 orang, 155 diantaranya usia remaja. (Sumber : Stockphoto)

INFOSEMARANG.COM -- Jumlah penderita HIV/AIDS di Kabupaten Demak telah mencapai 847 kasus hingga September 2023.

Jumlah tersebut meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya tercatat 732 kasus. Dari angka tersebut, sekitar 155 kasus dialami oleh remaja.

Peningkatan yang signifikan ini mendorong pemerintah dan masyarakat setempat untuk mengambil langkah-langkah pencegahan yang lebih intensif.

Pentingnya kesadaran akan bahaya HIV/AIDS semakin ditekankan, terutama dengan fokus pada edukasi dan tindakan pencegahan di berbagai lapisan masyarakat.

Baca Juga: Pamitan Siap Wamil, Jungkook BTS Pamerkan Kepala Botaknya

Bupati Demak, Eisti'anah, bersama Pelaksana tugas Kabag Kesra Setda Demak, Ungguh Prakoso, mengajak seluruh komunitas Demak untuk bersama-sama melawan penyebaran virus mematikan ini.

Pemerintah Kabupaten Demak berupaya menggalakkan kampanye edukasi agar masyarakat memahami risiko penularan HIV/AIDS.

Perilaku seksual yang menyimpang, seperti hubungan sesama jenis, juga diidentifikasi sebagai faktor penyebaran, dan upaya pencegahan khusus ditujukan kepada kelompok berisiko tinggi, termasuk LGBT.

"Mayoritas agama tentu melarang LGBT, termasuk Islam yang jelas melarang. Untuk itu, kami hadirkan guru bimbingan konseling (BK) hadir dalam diskusi HIV/AIDS agar ikut memeranginya, terutama ketika ada siswa yang memiliki perilaku menyimpang segera ditangani dan diobati," ujarnya.

Peningkatan kasus HIV/AIDS, termasuk temuan dari lembaga pendidikan, menjadi perhatian serius bagi pemerintah setempat.

Dengan melibatkan berbagai pihak, termasuk lembaga pendidikan, diharapkan penanganan kasus dapat dilakukan lebih efektif.

Baca Juga: Panduan Lengkap Pendaftaran PPIH Kloter dan PPIH Arab Saudi: Tanggal, Tahapan, dan Persyaratan

Langkah-langkah pencegahan yang ditekankan meliputi tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah, setia kepada pasangan yang tidak terinfeksi HIV/AIDS, dan menghindari penggunaan jarum suntik bergantian dan tidak steril.

Data statistik menunjukkan bahwa transmisi seksual menjadi penyebab utama penularan HIV/AIDS, dan edukasi terhadap kelompok berisiko tinggi menjadi fokus penting dalam melawan pandemi ini.

Ifada Nur Rohmania, seorang psikolog dan Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD) Tulungagung, menjelaskan bahwa 90 persen penularan HIV/AIDS berasal dari transmisi seksual.

Oleh karena itu, edukasi terhadap kelompok berisiko tinggi menjadi krusial untuk melindungi populasi yang lebih luas.

Populasi rentan meliputi pelanggan seks, anak dari ibu hamil terjangkit HIV, dan pasangan diskordan atau salah satunya mengidap HIV/AIDS.

Sementara populasi berisiko yang juga merupakan populasi kunci termasuk pengguna napza suntik, waria, gay, pekerja seks perempuan, warga binaan permasyarakatan (WBP), dan orang dengan HIV/AIDS (ODHA).***

Tags :
BERITA TERKAIT
BERITA TERKINI