INFOSEMARANG – Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, bersama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI dan Bank Indonesia, terus berkomitmen meningkatkan akses perekonomian bagi perempuan. Sebab, sekitar 60 persen UMKM dijalankan oleh perempuan.
Hal itu mengemuka saat puncak perayaan ke-145 Hari Kartini, Minggu (21/4/2024). Berlangsung di alun-alun Kabupaten Rembang, acara tersebut dihadiri Menteri PPPA Bintang Puspayoga, Deputi Senior Gubernur BI Destry Damayanti, Sekda Jateng Sumarno, Bupati Rembang Abdul Hafidz dan Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu.
Menteri PPPA Bintang Puspayoga mengakui, perempuan memiliki keunggulan pada sektor ekonomi terutama UMKM. Dari 64 juta UMKM di Indonesia, sekitar 60 persen dioperasionalkan dan dimiliki oleh perempuan.
Meski demikian, permasalahan yang melingkupi perempuan juga beragam. Mulai dari soal pendidikan, pengasuhan anak, perkawinan dini, dan kekerasan.
“Itu semua hulunya adalah kemiskinan, Ini bisa kita minimalisir dan selesaikan, dengan sinergi multisektoral,” ucapnya, seusai upacara Hari Kartini.
Ia menyebut, Hari Kartini menjadi momentum bagi seluruh perempuan Indonesia, untuk memperjuangkan apa yang dicita-citakan. Hal itu selaras dengan asa Kartini tentang pendidikan perempuan, dan kesetaraan posisi dengan laki-laki.
Deputi Senior Gubernur BI Destry Damayanti menyebut, Indonesia berada pada urutan 87, rangking Global Gender Index 2023. Dalam sisi akses pendidikan dan kesehatan, perempuan Indonesia dipandang cukup egaliter dibanding laki-laki.
Namun, dilihat dari akses ekonomi dan keikutsertaan dalam politik dan pemerintahan, masih kurang. Oleh karenanya, Bank Indonesia bersama dunia perbankan berupaya untuk menyediakan fasilitas likuiditas, yang ramah terhadap perempuan.
“Kami di Bank Indonesia bersama 46 kantor perwakilan di seluruh Indonesia, bekerja sama dengan Kementerian PPPA untuk terus memberdayakan perempuan, untuk Indonesia maju,” tuturnya.
Sekda Jateng Sumarno mengatakan, selain ekonomi, pendidikan tentang kesehatan bagi perempuan pun penting. Ini berkait erat dengan pola asuh, agar menghasilkan generasi emas menjelang 2045.
“Stunting dimulai kesiapan perempuan di tahap perkawinan, untuk melahirkan. Ini momentum kita peduli kepada perempuan, dalam kesiapan keluarga untuk tidak stunting,” ujarnya.
Di Jateng, beber sekda, upaya itu telah ditempuh. Di antaranya dengan program Jo Kawin Bocah, Gerakan Jogo Konco, hingga penerbitan Perda 2/2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan Perempuan.
Pada kesempatan itu, dicatatkan pula rekor membatik motif Lasem terbanyak yang diikuti 1.054 orang peserta, dari jenjang SMP, SMA, dan SMK, secara serentak di Alun-Alun Rembang. Rekor ini secara resmi dicatatatkan oleh Museum Rekor Dunia Indonesia (Muri).
Perwakilan Muri Sri Widayati mengatakan, rekor membatik motif Lasem pada syal tersebut tercatat sebagai rekor nomor 11.594.