SEMARANG, INFOSEMARANG.COM - Sesuai dengan tema Jateng Fair 2024 “Sensational of Central Java Coffee”, berbagai produk unggulan terutama kopi menjadi daya tarik sendiri bagi pengunjung Jateng Fair di kawasan PRPP Tawang Mas, Semarang.
Tema Jateng Fair “Sensational of Central Java Coffee” dipilih karena Jawa Tengah terdapat lebih dari 20 kabupaten/ kota memiliki produksi kopi yang khas. Beberapa wilayah di Jawa Tengah sudah
menjadi penghasil kopi dan mendunia, sudah banyak di ekspor.
Salah satu stand kopi yang menarik yakni dari PT Jateng Agro Berdikari (Perseroda) yang memiliki aneka usaha. Salah satunya adalah perkebunan tlogo. BUMD Jateng ini selain menghasilkan karet juga memproduksi kopi robusta yang diberi nama “Kopi Mbah Jlampret”.
"Kopi Mbah Jlampret” memiliki rasa khas yang tidak ada di wilayah lain. Dijual mulai dari harga 10 ribu, Kopi Mbah Jlampret sukses menarik perhatian para pengujung yang penasaran dengan nama dan juga rasanya.
Tidak hanya menjual kopi saja, tetapi juga minuman kekinian tersaji, dan diracik langsung oleh barista terbaik dari Perkebunan Tlogo.
Selain kopi Mbah Jlampret dari perkebunan Tlogo, ada kopi khas Temanggung. Kopi Temanggung memiliki varietas seperti robusta, arabika, dan excelsa.
Menurut Isro, pemilik Kopi Gunung Api Temanggug di Stand Jateng Fair 2024, kopi produksinya memiliki khas rasa berbeda. Kopi honey ada manisnya, fullwashed cenderung ringan, sedangkan natural relatif kuat. Sementara yang lebih kuat lagi aromanya adalah jenis wine.
Menurutnya, rasa minuman tersebut lebih asam dengan aroma yang kencang. Efeknya membuat badan terasa lebih segar.
Stan Kabupaten Pati juga menawarkan berbagai ragam kopi. Menurut Naelul Muna, dari Kopi Konang, racikan minuman itu berasal dari perkebunan kopi di lereng Gunung Muria.
“Kopi unggulan Pati berasal dari lereng Pegunungan Muria. Di sana rata-rata masih melakukan roasting dengan proses tradisional,” ujarnya.
Adapun ciri khas biji kopinya berukuran besar, sehingga rasanya menjadi lebih tebal. Dengan keunikan rasanya, kopi Pati masuk ke dalam jajaran 5 besar kopi robusta terbaik se-Indonesia pada 2018.
Selain robusta, Pati juga menawarkan kopi arabika. Minuman jenis arabika cocok untuk penikmat kopi yang punya keluhan sakit mag, karena kadar kafein yang rendah.
Sementara stand kabupaten Magelang tak kalah menarik dengan cita rasa kopi yang berbeda.
“Uniknya kopi daerah kita tidak satu rasa. Dari Magelang sebelah utara, selatan, dan timur mungkin ada perbedaan masing-masing rasa,” kata Ahmad Izudin Ali, anggota Kelompok Agro Jaya Magelang.
Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Tengah Nana Sudjana usai meresmikan event Jateng Fair 2024 pada Senin, 29 Juli 2024, sempat berkeliling mencicipi kopi di masing-masing tenant Jateng Fair 2024.
Menurut Nana, kebisaan minum kopi di sejumlah daerah di Jawa Tengah sangat erat dengan tradisi. Sejarah menunjukkan bagaimana masyarakat sejak dulu mengenal tradisi ngopi. Bahkan banyak warung-warung kopi yang menjadi tempat pertemuan, diskusi, dan bertukar pikiran dari berbagai kalangan.
"Kopi juga sarat filosofi di dalamnya. Istilah ngopi bukan sekadar minum kopi. Tapi dimaknai mengolah pikiran agar bisa menjalani hidup yang lebih baik. Kopi sudah menjadi budaya kekinian," katanya.
Sebagai komoditas, kopi di Jawa Tengah juga sudah ada yang menembus pasar luar negeri. Namun kebanyakan masih dijual dalam bentuk bahan baku.
Sayangnya, di berbagai pusat perbelanjaan atau pertokoan justru menjamur produk olahan kopi dengan merek luar negeri. Sedangkan produk kopi lokal sedikit yang ambil bagian.
Maka dari itu, melalui Jateng Fair 2024 ini, Nana ingin produk-produk kopi asal Jawa Tengah dapat naik kelas. Hal Ini merupakan salah satu upaya dari pemerintah provinsi, kabupaten/kota, dan instansi terkait untuk mengangkat produk unggulan kopi dari Jawa Tengah.
"Bahan baku kita ada, kopinya juga berkualitas baik, sekarang bagaimana kita mem-branding agar dikenal secara lokal, nasional, maupun internasional," tegasnya.
Lebih lanjut, untuk mengangkat produk-produk kopi asal Jawa Tengah itu, juga diperlukan sumberdaya manusia yang terampil, serta peningkatan mutu yang dihasilkan.
"Ini menjadi tantangan bersama, baik pemerintah maupun pengusaha coffee shop lokal. Modal dan SDM harus kita dorong agar kopi lokal menjadi tuan rumah di negara sendiri," kata Nana.****