INFOSEMARANG.COM - Pertemuan para Menteri Ekonomi dari negara-negara ASEAN akan diadakan di Semarang dalam acara 55th ASEAN Economic Ministers (AEM).
Mengapa Semarang dipilih sebagai tuan rumah?
Menurut Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan, Djatmiko Bris Witjaksono, Semarang dipilih sebagai lokasi acara yang akan berlangsung dari hari Kamis (17/8), hingga Selasa (22/8) pekan depan.
Baca Juga: Mengenal Mupus Braen Blambangan, Pakaian Adat Banyuwangi yang Terpilih di HUT RI ke 78
Menurut Djatmiko, biasanya pertemuan internasional diadakan di tempat-tempat seperti Bali, Jogja, atau Jakarta.
Namun, kali ini pemerintah ingin menampilkan kota-kota lain di Indonesia yang memiliki nilai kesiapan dari segi infrastruktur dan budaya, yang dapat dikenal oleh masyarakat dunia, terutama dalam konteks ASEAN dan negara-negara kerabat ASEAN.
Djatmiko menjelaskan hal ini di lokasi acara, yaitu Hotel Padma Semarang.
Baca Juga: Wow! Google Akan Jadikan AI Sebagai Teman Curhat Manusia Hingga Bisa Lakukan 21 Jenis Tugas Lainnya
Djatmiko merasa Semarang pantas menjadi tuan rumah karena tidak hanya kota yang indah, tetapi juga perhotelan yang mendukung acara dengan skala internasional.
"Semarang kan kotanya bagus. Alhamdulillah kita punya beberapa tempat seperti hotel Padma ini yang representatif untuk kegiatan internasional."Ujar Djatmiko, seperti dikutip Infosemarang.com dari KompasTV 18 Agustus 2023.
Baca Juga: Minus Pemain Inti, Tim Nasional Indonesia U-23 Siap Hadapi Malaysia di Piala AFF U-23 2023
Para delegasi juga akan diajak mengunjungi Klenteng Sam Poo Kong Semarang pada Minggu (20/8) malam dalam acara Gala Dinner.
Djatmiko menjelaskan bahwa Semarang memiliki sejarah panjang dalam politik, ekonomi, dan sosial, termasuk dalam hal akulturasi budaya.
Di Klenteng Sam Poo Kong, terdapat cerita tentang Laksamana Cheng Ho yang membawa misi diplomasi dan perdagangan ketika mengunjungi Semarang.
Baca Juga: 10 Keterampilan Entrepreneurship Teratas untuk Mengembangkan Bisnis yang Lebih Besar
"Semarang itu punya sejarah panjang. Ada budaya, sejarah, politik juga ekonomi, sosial. Dan itu salah satunya terefleksi dari keberadaan Sam Poo Kong. Ada Laksamana Cheng Ho, jadi siapa dia, kenapa ke sini," sambungnya.
Djatmiko menyebutkan bahwa ada lebih dari 500 orang delegasi yang hadir, terdiri dari utusan negara-negara ASEAN dan mitra-mitra ASEAN.
"Delegasi yang hadir lebih dari 500. Total seluruh negara ASEAN, satu observer atau negara baru yaitu dari Timor Leste. Kemudian dari negara mitra ASEAN yaitu RRT, Korsel, Jepang, Australia, Selandia Baru, India, Kanada, Amerika Serikat, Uni Eropa, Inggris, Rusia," jelasnya.
Baca Juga: Akhirnya Menteri Basuki Hadimuljono Beberkan Alasan Singkap Baju Erick Tohir Saat Upacara di Istana
Acara ini akan melibatkan 19 rangkaian pertemuan dan 9 kegiatan unggulan. Saat ini, ada rencana kehadiran 17 menteri dan 7 wakil menteri dari berbagai negara.
Menteri Perdagangan RI, Zulkifli Hasan, akan memimpin sebagian besar pertemuan dalam rangkaian Pertemuan AEM, kecuali Pertemuan AIA. Wakil Menteri Perdagangan RI, Jerry Sambuaga, akan memimpin pertemuan DELRI.
Sementara itu, Menteri Investasi, Bahlil Lahadalia, akan memimpin pertemuan AIA.
Hasil dari pertemuan 55th AEM akan dilaporkan pada AEC Council (Dewan Masyarakat Ekonomi ASEAN) dalam KTT ASEAN yang akan berlangsung pada September 2023.
Pertemuan AEM ke-55 ini akan menjadi pertemuan terakhir dalam rangkaian Pertemuan AEM selama Keketuaan Indonesia tahun 2023.
Menurut Djatmiko, ini merupakan tahun keketuaan Indonesia di ASEAN. Setelah menjadi ketua ASEAN 10 tahun yang lalu, Indonesia kembali mendapatkan kesempatan ini setelah 10 tahun.
Ia berharap bahwa situasi serupa akan terulang kembali dalam 10 tahun ke depan. Djatmiko menekankan bahwa momen ini memiliki arti berharga tidak hanya bagi Indonesia, tetapi juga bagi masyarakat ASEAN secara keseluruhan.***