Sadranan Seribu Ketupat, Menjaga Kelestarian Budaya Temanggung Jawa Tengah

Tradisi Sadranan Seribu Ketupat (Sumber : Instagram @pemkabtmg)

INFOSEMARANG.COM- Tradisi Sadranan Seribu Ketupat di Desa Ngemplak, Kandangan, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, memiliki makna yang lebih dalam sebagai langkah pelestarian sumber mata air yang vital bagi masyarakat setempat.

Kepala Desa Ngemplak, Sri Astuidi Subagyo, menjelaskan bahwa Sadranan Seribu Ketupat adalah sebuah tradisi tahunan.

Tradisi Sadranan Seribu Ketupat dipandang sebagai ungkapan syukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala atas kelimpahan air yang telah memberikan manfaat bagi masyarakat selama ini.

Baca Juga: Minum Teh Setiap Hari Bisa Jaga Berat Badan dan Sehatkan Jantung? Berikut Segundang Manfaat Lainnya yang Wajib Diketahui

Dalam tradisi ini, warga membawa ketupat dan nasi tumpeng ke sekitar aliran Sungai Lenging di Dusun Gedongan, Desa Ngemplak.

Mereka berkumpul untuk melakukan doa bersama sebelum menikmati hidangan tumpeng bersama.

Ketupat yang mereka bawa akan diperebutkan oleh warga sebagai bagian dari tradisi tersebut.

Baca Juga: Bukan Sekedar Meme, Barbenheimer Bakal Dibuat Film oleh Full Moon Features

Menurut Sri Astuidi, legenda yang beredar mengatakan bahwa saluran air ini dibuat oleh Kyai Lenging selama 1.000 hari, dan setiap hari Nyai Lenging memberikannya ketupat.

Oleh karena itu, tradisi Sadranan Seribu Ketupat dijalankan untuk menjaga kelestarian aliran Sungai Lenging agar tetap menyediakan air yang cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Desa Ngemplak dan sekitarnya.

"karena itu kami melestarikan tradisi tersebut dengan nyadran seribu ketupat, dengan harapan aliran air di Sungai Lenging ini tetap lestari untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Ngemplak dan sekitarnya," kata Sri Astuidi seperti dikutip Infosemarang.com dari Antara pada 6 September 2023.

Baca Juga: Hasil China Open 2023 Hari Ini: 5 Wakil Indonesia Tembus Babak 16 Besar

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Temanggung, Hendra Sumarya, memberikan apresiasi kepada masyarakat Desa Ngemplak karena telah melestarikan tradisi ini.

"Tradisi tahunan ini bagian pelestarian budaya dengan latar belakang terkait dengan pelestarian air yang menjadi sumber air bagi pertanian dan penghidupan masyarakat sekitar," katanya.

Ia menganggap bahwa tradisi ini bukan hanya soal pelestarian budaya, tetapi juga memiliki dampak positif terhadap pelestarian lingkungan.

Baca Juga: Rangkuman TWK CPNS Tentang Garis Besar UUD 1945, Pejuang Seleksi CPNS 2023 Wajib Baca!

Terutama mengingat air masih mengalir dengan baik di aliran Sungai Lenging, bahkan di tengah musim kemarau.

Hendra Sumarya menekankan pentingnya peran generasi muda dalam menjaga dan melestarikan apa yang telah dibangun oleh para pendahulu mereka.

Hal ini mencakup menjaga aliran air agar tetap berkelanjutan dan memastikan bahwa lingkungan sekitar tetap terjaga dengan baik.

Dengan menjalankan tradisi Sadranan Seribu Ketupat, masyarakat Desa Ngemplak tidak hanya merayakan warisan budaya mereka tetapi juga berperan aktif dalam menjaga dan melestarikan sumber daya alam yang sangat berharga ini.***

Tags :
BERITA TERKAIT
BERITA TERKINI