INFOSEMARANG.COM -- Dinas Kesehatan Kota Semarang mengungkap temuan sebanyak 445 kasus depresi di wilayahnya hingga pertengahan Oktober 2023.
Temuan ini merupakan salah satu dari gangguan kesehatan jiwa yang diidentifikasi melalui 31 puskesmas yang tersebar di 16 kecamatan di Kota Atlas.
Menurut Kepala Dinkes Kota Semarang, Abdul Hakam, sebaran kasus gangguan depresi paling banyak terdapat di Puskesmas Mijen, dengan 61 kasus yang ditemukan melalui kuesioner yang dibagikan melalui puskesmas setempat.
Baca Juga: BMKG: 11 Provinsi Mulai Memasuki Musim Hujan
Disusul oleh Puskesmas Rowosari dan Srondol, masing-masing 36 kasus, Puskesmas Padangsari dengan 30 kasus, serta Puskesmas Halmahera dan Tlogosari masing-masing dengan 24 kasus.
Meski begitu, ada enam puskesmas yang tidak melaporkan temuan kasus gangguan depresi, yaitu Puskesmas Pandanaran, Krobokan, Candi Lama, Genuk, Pudakpayung, dan Tambakaji.
Selain kasus depresi, gangguan kesehatan jiwa lainnya yang diidentifikasi meliputi kasus campuran anxietas dan depresi sebanyak 276 kasus, gangguan neurotik sebanyak 31 kasus, gangguan sematoform sebanyak 65 kasus, dan insomnia sebanyak 116 kasus.
Dinkes Kota Semarang juga mendokumentasikan dua kasus percobaan bunuh diri, yakni di Puskesmas Halmahera dan Puskesmas Bugangan.
Abdul Hakam mengungkapkan bahwa Dinkes telah melakukan berbagai upaya penanganan dan penanggulangan kesehatan jiwa.
Baca Juga: BMKG: 11 Provinsi Mulai Memasuki Musim Hujan
Salah satunya adalah dengan melakukan skrining kesehatan mental pada anak-anak usia 4-18 tahun dan dewasa di atas 18 tahun menggunakan Strengths and Difficulties Questionnaire (SDQ).
Dalam rangka meningkatkan kesadaran masyarakat, pos pembinaan terpadu (posbindu) dijalankan rutin di setiap kelurahan.
Ini mencakup pemeriksaan antropometri, tekanan darah, gula darah, kesehatan jiwa, serta indera penglihatan atau pendengaran.
"Kami juga meningkatkan kesadaran masyarakat dengan edukasi dan perluasan informasi tentang kesehatan jiwa. Selain itu, mengajak dan mengedukasi kader untuk aktif memantau warga yang membutuhkan perawatan jiwa," katanya.
Untuk lebih meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan dan kader kesehatan, Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa Masyarakat (TPKJM) Kota Semarang telah dibentuk.
Baca Juga: Jalan Kaligawe Arah Demak Rampung Pengecoran, Siap-siap Giliran Lajur Selatan yang Macet
Mereka mengadakan pelatihan dan workshop dengan menghadirkan praktisi psikolog dan psikiater.
Abdul Hakam juga menyebut bahwa mereka telah menyediakan layanan Konsultasi Kesehatan Mental (Sultan) di puskesmas, dan sedang mempersiapkan layanan Sultan Online yang terintegrasi.
Ini semua bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan jiwa dan kesadaran masyarakat terkait isu ini.***