INFOSEMARANG.COM -- Terdapat beberapa larangan Rebo Wekasan yang mencakup berbagai aspek, mulai dari larangan berhubungan intim hingga larangan keluar rumah. Rebo Wekasan adalah peringatan pada Rabu terakhir Bulan Safar dalam kalender Islam, bulan kedua dalam penanggalan Hijriah.

Tradisi Rebo Wekasan dihubungkan dengan anggapan bulan Safar sebagai bulan sial, yang mendorong masyarakat untuk melakukan ritual perlindungan. Meskipun setiap daerah memiliki cara yang berbeda, tujuannya tetap sama, yakni memohon perlindungan dan keselamatan kepada Tuhan.

Perayaan Rebo Wekasan diwariskan sebagai bagian dari budaya oleh Wali Songo pada masa penyebaran agama Islam. Anjuran untuk berdoa dan berdzikir lebih banyak pada Rebo Wekasan juga ditekankan, dan seiring waktu, peringatan ini diwujudkan dalam berbagai ritual, seperti selametan di masyarakat Jawa.

Baca Juga: Begadang Bisa Menurunkan Fungsi Otak Bukan Hanya Mitos! Cek Faktanya

Selain itu, ada juga praktik sholat tolak bala atau salat sunnah lidafil bala, yang umumnya dilakukan pada waktu dhuha. Tradisi ini dimaksudkan untuk memohon perlindungan dari bencana atau musibah.

Beberapa masyarakat menyambut Rebo Wekasan dengan berpuasa selama tiga hari berturut-turut sebagai bentuk penghindaran dari bencana yang mungkin terjadi.

Namun, terdapat larangan-larangan tertentu yang beredar di masyarakat, khususnya saat Bulan Safar, terutama pada Rebo Wekasan, seperti larangan menikah, larangan berhubungan intim, dan larangan bepergian. Masyarakat meyakini bahwa melanggar larangan tersebut dapat membawa kesialan, mulai dari ketidakharmonisan rumah tangga hingga konsekuensi tak diinginkan lainnya.