INFOSEMARANG.COM -- Pasukan Israel terus melancarkan serangan udara dan darat di Jalur Gaza selatan, mengakibatkan puluhan warga Palestina tewas dan terluka.
Meskipun Amerika Serikat dan PBB telah menyerukan perlindungan terhadap warga sipil, Israel tampaknya mengabaikan desakan tersebut.
Sementara AS sebagai sekutu terdekat Israel menjanjikan bahwa serangan di wilayah selatan tidak akan menyebabkan korban sipil sebanyak yang terjadi di wilayah utara, kondisi di lapangan menyatakan sebaliknya.
Serangan udara Israel terus membombardir wilayah pesisir yang padat penduduk, termasuk area tempat Israel menyuruh warga untuk mencari perlindungan.
PBB, melalui Sekretaris Jenderal Antonio Guterres, mengecam tindakan Israel dan mendesak agar mereka menghentikan serangan yang dapat memperburuk situasi kemanusiaan di Gaza.
Meski Guterres menekankan perlunya melindungi warga sipil, kondisi di lapangan tetap sulit dengan orang-orang yang diungsikan tidak memiliki tempat aman untuk berlindung.
Israel sebelumnya telah menguasai sebagian besar bagian utara Gaza pada November, dan setelah gencatan senjata berakhir, mereka melanjutkan serangan ke bagian selatan.
Baca Juga: 7 Cara Memilih Durian Dijamin Enak dan Tebal Isinya, Biar Tidak Hanya Beli Kulitnya Aja
Sayap bersenjata Jihad Islam, sekutu Hamas, juga terlibat dalam pertempuran sengit dengan tentara Israel di beberapa wilayah.
Operasi militer Israel ini kembali mengakibatkan penggusuran warga, meningkatkan beban rumah sakit yang sudah padat, dan menghambat operasi kemanusiaan.
Pemukiman masyarakat yang terpaksa berkumpul dalam wilayah yang terbatas menghadapi kekurangan makanan, air, dan perlindungan.
Dalam situasi ini, lebih dari 80% dari 2,3 juta penduduk Gaza meninggalkan rumah mereka selama delapan pekan perang, menciptakan kondisi yang sulit di wilayah tersebut.
Pada tanggal 4 Desember, Israel memerintahkan warga Palestina untuk meninggalkan sebagian wilayah Khan Younis, memicu gelombang pengungsian menuju pantai Mediterania dan Rafah.
Meskipun perintah evakuasi diberikan, keamanan warga sipil tetap menjadi keprihatinan utama.
Philippe Lazzarini dari UNRWA mengingatkan bahwa tidak ada tempat yang benar-benar aman di Gaza, baik di selatan, barat daya, Rafah, atau di zona yang dianggap aman oleh Israel.***