INFOSEMARANG.COM - Menurut laporan terkini, sebanyak 16 orang pengungsi Rohingya kabur dari penampungan sementara di gedung bekas kantor imigrasi, Lhokseumawe, Provinsi Aceh.
Hal itu diungkap Kepala Bagian Protokol dan Komunikasi, Pemkot Lhokseumawe, Darius.
Kata Darius, 16 orang pengungsi Rohingya kabur dan melarikan diri dengan merusak kamar dinding dan pagar toilet wanita.
Baca Juga: Gelar MSF 2023, Bank Mandiri Ajak Pelaku Usaha Gencarkan Aksi untuk Ekonomi Berkelanjutan
"Dari informasi yang kita dapatkan, pengungsi Rohingya tersebut kabur dengan cara merusak dinding kamar dan melarikan diri melalui pagar arah toilet wanita,” ujar Darius, seperti dikutip Antara, Rabu, 6 Desember 2023.
Penemuan itu didapati pigaknya saat hendak menghitung total pengungsi, yang semula berjumlah 514 orang menjadi 498 orang.
Darius menuturkan, Pemkot Lhokseumawe tak mengetahui motif dibalik kaburnya 16 orang pengungsi Rohingya dari tempat penampungan.
Baca Juga: Karakter Anak Sulung di TKP Penemuan 4 Mayat Anak Diungkap Tetangga Depan Rumah, Ternyata Sosoknya..
Padahal di lokasi itu sudah ada tim pengamanan dari unsur polisi, satpam, UNHCR IOM serta anggota yayasan terkait pengungsi.
“Petugas sudah ditempatkan di depan, namun imigran Rohingya kabur melalui arah belakang,” ungkapnya.
Namun dari keterangannya, aksi melarikan diri pengungsi Rohingya dari Aceh bukan kali pertama terjadi.
Menurut Darius, pada 27 November 2023 ada tujuh orang pengungsi yang kabur dari penampungan tersebut.
Terpisah, Menkopolhukam Mahfud MD mengungkap dirinya telah berkoordinasi dengan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi agar segera bertindak bersama UNHCR ihwal pengungsi Rohingya di Indonesia.
"Ibu Menteri Luar Negeri akan menghubungi UNHCR dalam waktu yang tidak terlalu lama," katanya saat di hadapan awak media, Rabu 6 Desember 2023.
Sebelumnya, Mahfud sudah berpendapat jika Indonesia berhak menolak mentah-mentah pengungsi Rohingya, karena tidak ikut dalam penandatanganan konvensi PBB tentang pengungsi, sehingga tidak terikat komisioner UNHCR.
Namun demikian, ia menyebutkan penanganan pengungsi ini berbenturan dengan rasa perikemanusiaan.
Pemerintah lantas berupaya dan berkoordinasi dengan Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian untuk berkoordinasi dengan Pemprov Aceh, Sumatera Utara dan Riau, guna membahas alternatif tempat pengungsian bagi etnis Rohingya.
"Jadi, Rohingya itu pada prinsipnya kami menganut diplomasi kemanusiaan karena sifatnya kemanusiaan, kami sedang mencari jalan," kata Mahfud Md.***