INFOSEMARANG - Kasus keluarga di Malang bunuh diri kekinian masih ramai menjadi sorotan publik.
Dugaan sementara polisi, anggota keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan seorang anak itu melakukan bunuh diri sebab terlilit hutang.
WW (44) sebagai seorang kepala keluarga diketahui berprofesi sebagai guru SD, sedangkan sang istri berinisial SU (40) memiliki usaha kue.
Baca Juga: Penampakan Terkini Ammar Zoni Usai Jalani Pemeriksaan Kesehatan, Terlihat Sedih Menahan Tangis?
Dihimpun dari YouTube Kompas TV, seorang psikolog mencoba untuk ikut angkat bicara perihal kasus keluarga bunuh diri di Malang itu.
Novita Tandry sebagai seorang psikolog keluarga mengatakan, ada kemungkinan hutang bukan menjadi satu-satunya faktor penyebab bunuh diri itu terjadi.
"Sepertinya bukan cuma masalah ekonomi, di mana dicurigai adanya gejala psikosis. Di mana mental yang terjadi pengidapnya tidak bisa membedakan realita dan non realita. Ada halusinasi, harus diteliti. Karena keluarga sudah meninggal, kita hanya bisa menampung informasi dari orang terdekat lainnya saja," ungkap Novita.
Baca Juga: Anak yang Ditinggal Bunuh Diri Keluarga di Malang, Ternyata Murid Berprestasi, Ini Buktinya
Ia mengatakan bahwa kesehatan mental tidak bisa dianggap remeh, dan kebiasaan menceritakan keluh kesah hingga kini sayangnya masih dianggap tabu oleh masyarakat Indonesia.
Pewarta sempat menanyakan padahal keluarga korban di mata tetangga dinilai harmonis, lalu bagaimana bisa niat bunuh diri itu muncul.
Baca Juga: Fakta Kasus Wanita Loncat dari Lantai 12 Universitas Brawijaya, Ternyata Statusnya..
Novita lantas menjawab, ada kemungkinan korban sudah mengalami depresi yang terpendam sejak lama.
"Jadi ekonomi mungkin iya, tapi ada kemungkinan juga depresi tahunan namun tidak diperlihatkan atau tidak diungkapkan. Budaya kita mengungkapkan keluh kesah itu masih dianggap aib, akhirnya dipendam sendiri, komorbiditas lain datang bertubi-tubi, kita nggak tahu," imbuhnya.