INFOSEMARANG.COM - Publik lagi-lagi dibuat tak habis pikir dengan video viral tawuran warga di Kediri akibat berebut jadi imam sholat maghrib.
Akibatnya, peristiwa yang terjadi kemarin Sabtu (16/12) menyebabkan beberapa orang warga mengalami luka-luka usai terliat tawuran.
Siapa sangka, perkara rebutan imam sholat maghrib di masjid ini berkaitan dengan persaingan yang cukup membuat masyarakat lainnya tak habis pikir.
Dipantau dari YouTube iNews Official, masalah muncul di antara ahli waris wakaf yang menjabat sbagai takmir dan juga warga setempat.
Siapa sangka, perkara rebutan jadi imam sholat maghrib berjamaah itu pihak kepolisian sampai turun tangan guna mengatasi bentrok.
Kronologi kejadian tawuran ini ternyata bermula dari ahli waris tanah wakaf yang mana beberapa anggota keluarganya ingin menjadi imam saat sholat maghrib.
Padahal, sebelumnya sudah tercetus perjanjian bahwa warga sekitarlah yang akan menjadi imam sholat maghrib di masjid itu.
Baca Juga: Truk Pengangkut Bahan Pokok Terguling di Jembatan Kali Kondang, Diduga Tak Kuat Menanjak
"Saat itu saya melihat ada jemaah yang dianiaya oleh pihak ahli waris. Saya berusaha melerai, justru saya dianiaya oleh beberapa orang yang tidak saya kenal dan berada di kubu ahli waris. Usai kejadian saya melaporkan ini ke pihak kepolisian," tutur Mashuri salah seornag jemaah yang berada di TKP.
Sebab adanya korban luka-luka, warga lantas menuntut pertanggungjawaban kepada ahli waris terkait kekerasan yang telah dilakukan itu.
Sebagai langkah antisipasi kembali terjadinya tawuran, pihak Polres Kediri Kota sampai menerjunkan puluhan petugas ke lapangan.
Saifudin selaku Ketua Tanfidziah NU Kelurahan Manisrenggo menjelaskan duduk perkara awal mula sengketa ahli warus dan warga terkait masjid trebut.
Masjid Muttaqun di Kediri itu memang dibangun di atas tanah wakaf keluarga Arman sejak beberapa tahun yang lalu.
"Warga mengaku, sesuai kesepakatan saat itu, kepengurusan Takmir Masjid dikosongkan selama proses gugatan belum keluar keputusan. Tetapi pihak ahli waris bersikukuh membentuk kepengurusan internal sehingga warga kecewa dan tidak menghendaki mereka jadi imam di masjid itu," ungkapnya.
"Karena yang diinginkan dari masyarakat sama-sama mengelola masjid. Namun kalau bentuknya perdamaian seolah ingin menguasai masjid. Jadi, kami tidak terima," pungkasnya.