Dugaan Pelecehan di Ponpes Gondanglegi, Malang: Santriwati Trauma Berat Hingga Lakukan Percobaan Bunuh Diri

Ilustrasi | Santriwati asal Malang diduga menjadi korban pelecehan oleh Kyai hingga trauma dan melakukan percobaan bunuh diri. (Sumber : freepik)

INFOSEMARANG.COM -- Seorang santriwati di Pondok Pesantren Gondanglegi, Kabupaten Malang, mengalami dugaan pelecehan dari oknum kyai yang menyebabkan trauma berat hingga mencoba bunuh diri.

Korban, berinisial W (18) telah mondok di Ponpes tersebut selama sekitar satu tahun. Kemudian, sekitar tahun 2022 hingga awal 2023, santriwati tersebut telah dilecehkan hingga 10 kali.

Didampingi orang tua dan Kuasa Hukum, korban menindaklanjuti laporan yang telah dibuatnya enam bulan lalu ke Polres Malang.

Baca Juga: Hasil Drawing 14 Wakil Indonesia di Malaysia Open 2024

“Sampai sejauh ini pihak korban belum menerima surat pemberitahuan pengembangan hasil penyelidikan. Sehingga kami dampingi korban dan kita tanyakan lagi, seperti apa kasus ini," ujar Kuasa Hukum Korban, Muhammad Tarmizi kepada media pada Kamis, 21 Desember 2023.

Di Mapolres Malang, korban menyerahkan barang bukti, termasuk rekaman suara dugaan pencabulan yang dilakukan pengasuh dan video sumpah untuk tidak melaporkan dugaan kasus asusila.

Tarmizi menjelaskan bahwa respon polisi positif dan mereka senang dapat melengkapi saksi dan bukti-bukti.

Selanjutnya, kepolisian akan melakukan gelar perkara untuk menindaklanjuti laporan tersebut.

Tim hukum lainnya, Misbachul Munir mengungkapkan dugaan pelecehan ini terjadi sejak 2022 hingga awal 2023. Karena itu, korban sampai mengalami depresi hingga berniat bunuh diri.

Baca Juga: Balita 4 Tahun Meninggal Tercebur Kolam di Masjid Raya Al Jabbar, Pj Gubernur Jabar Soroti Kurangnya Pengamanan

“Korban sempat berniat bunuh diri, minum hand sanitizer dan gantung diri. Untungnya, keluarga segera menyelamatkan korban. Kami berharap kasus ini segera ditangani pihak kepolisian,” ujarnya.

Modus yang digunakan mencakup perilaku meraba dan memeluk korban dengan dalih sebagai amalan santri kepada kyai.

Saat mengajar, korban tidak disuruh mengajar seperti santri lainnya, melainkan disuruh menemani kyai tersebut, yang menjadi saat-saat pencabulan terjadi berulang kali.

“Modusnya ada amalan khusus yang itu menyimpang dari agama untuk mengelabuhi dengan tipu muslihat. Dan juga, ketika beberapa santri mengajar, hanya korban ini yang tidak disuruh untuk mengajar, jadi korban disuruh menemani. Dan santri pun tawadhu dan terjadilah pencabulan itu dan berulang ulang kali," katanya.***

Tags :
BERITA TERKAIT
BERITA TERKINI