INFOSEMARANG.COM - Hari Raya Idul Adha merupkan salah satu momen besar bagi umat muslim di seluruh dunia.
Momen Idul Adha biasanya ditandai dengan penyembelihan hewan kurban, entah itu sapi, kambing, maupun domba.
Namun di beberapa daerah, perayaan Hari Raya Idul Adha juga diikuti dengan tradisi-tradisi unik, seperti apa saja?
Baca Juga: Bacaan Niat dan Tata Cara Mandi Sunnah Idul Adha, Kapan Anjurannya Harus Dilakukan?
1. Apitan
Perayaan Apitan dalam rangka Idul Adha umumnya dirayakan di Semarang. Apitan merupakan wujud terima kasih atas nikmat hasil bumi yang diberikan oleh Sang Pencipta.
Di Semarang, perayaan ini biasanya dimulai dengan pembacaan doa dan dilanjutkan dengan parade hasil pertanian dan peternakan yang kemudian dibagikan secara adil kepada masyarakat setempat.
Tradisi ini diyakini sebagai kebiasaan para Wali Songo sebagai ungkapan rasa syukur dalam merayakan Idul Adha.
Selain parade hasil pertanian dan peternakan, pengunjung juga dapat menikmati hiburan khas budaya lokal.
2. Manten Sapi
Manten Sapi adalah praktik adat yang dilakukan oleh masyarakat Pasuruan. Hal itu sebagai bentuk rasa syukur dan hormat terhadap hewan kurban yang akan disembelih.
Menariknya, sapi kurban didandani secantik mempelai wanita. Hewan tersebut juga dihiasi dengan kalung bunga tujuh warna, kemudian dibungkus dengan kain kafan, sorban, dan sajadah.
Dalam tradisi ini, kain kafan melambangkan kesucian orang yang berkorban.
Baca Juga: Disebut Hanya Bawa Badan Saat Menikah dengan Hanum Mega, Inilah Profil Achmad Herlambang
3. Grebeg Gunungan
Perayaan Grebeg Gunungan yang diadakan oleh warga Yogyakarta, terlihat serupa dengan perayaan Apitan di Semarang.
Umat muslim Yogyakarta akan mengarak hasil panen dari halaman Keraton hingga Masjid Gede Kauman.
Prosesi pengangkutan hasil panen ini terdiri dari tiga gunungan yang terbuat dari berbagai jenis sayur dan buah-buahan. Di Yogyakarta, kegiatan ini diperingati pada hari besar agama Islam.
Grebeg Syawal dilaksanakan pada Idul Fitri, sementara Grebeg Gunungan diselenggarakan saat merayakan Idul Adha.
4. Gamelan Sekaten
Ada sebuah kebiasaan merayakan Idul Adha dari Cirebon yang diyakini sebagai dakwah dari Sunan Gunung Jati sebagai penyebar agama Islam di daerah Cirebon.
Kebiasaan ini dikenal sebagai kebiasaan Gamelan Sekaten yang selalu dimainkan setiap perayaan hari besar agama Islam yaitu, Idul Fitri dan Idul Adha.
Musik Gamelan yang berada di sekitar area Keraton Kasepuhan Cirebon, menjadi tanda bahwa umat Muslim di Cirebon merayakan hari kemenangan.
Serangkaian Gamelan dimainkan sejenak setelah sultan Keraton Kasepuhan keluar dari Masjid Agung Sang Cipta Rasa.
Baca Juga: 25 Link Twibbon Kartu Ucapan Idul Adha 1444 Hijriah, Siapkan Foto Terbaik Cocok Untuk Status WA
5. Meugang
Apabila perayaan hari besar agama Islam akan datang, banyak penjual daging akan menawarkan daging segar yang digantung dan dapat dibeli oleh masyarakat Aceh.
Meugang, yang berasal dari kata Makmeugang, adalah tradisi yang sangat dikenal oleh masyarakat Aceh pada saat hari-hari besar keagamaan.
Meugang sudah ada selama berabad-abad dan identik dengan makan daging sapi atau kerbau bersama yang diolah dengan berbagai macam masakan.
Sejarah Meugang dimulai pada masa kerajaan Aceh dengan memotong hewan dan dibagikan secara cuma-cuma kepada masyarakat.
Tradisi ini merupakan ungkapan rasa syukur atas kemakmuran tanah Aceh dan masih dijaga oleh seluruh masyarakat Aceh saat menyambut hari-hari besar agama Islam.***