Punya Makna Khusus, Puan Maharani Pilih Kenakan Pakaian Tradisional Khas Dayak Iban di Sidang Tahunan MPR RI

Puan Maharani dalam balutan pakaian tradisional khas Suku Dayak Iban, Kalimantan Barat (Sumber : instagram @puanmaharaniri)

INFOSEMARANG.COM - Pada hari Kamis, tanggal 16 Agustus, Puan Maharani, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR RI), memukau dengan penampilannya saat menghadiri Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR RI).

Puan Maharani memilih mengenakan pakaian tradisional khas Kalimantan Barat yang berasal dari suku Dayak Iban, sebuah pilihan yang sangat memikat.

Dalam busana adat Dayak Iban yang dikenakannya, Puan Maharani tampak anggun, terhias dengan motif "ruit besai" atau "ruit penawan".

Baca Juga: Mana Wilayah di Kota Semarang yang Paling Nyaman untuk Ditinggali? Begini Kata Warga Semarang

Motif ini memiliki makna khusus yang menggambarkan kebesaran dan keperkasaan dengan sangat simbolis.

Namun, terdapat kedalaman makna di balik pilihan Puan Maharani untuk mengenakan pakaian adat ini.

Menurut laporan dari Antaranews, Yoalanda Lasarus, seorang tokoh perempuan Dayak, menjelaskan.

Baca Juga: 10 Tips untuk Introvert agar Sukses dan Nyaman di Tempat Kerja, Pertama Jangan Salahkan Keadaanmu!

Bahwa motif "ruit besai" hanya digunakan oleh tokoh-tokoh besar dalam budaya Dayak sebagai representasi kebesaran.

"Motif ini melambangkan kebesaran dan keperkasaan. Pembuatannya tidak dapat dilakukan sembarangan, hanya individu tertentu yang memiliki kewenangan untuk menciptakannya." Ujar Yolanda, dikutip Infosemarang.com pada 16 Agustus 2023.

Pakaian khas yang dikenakan oleh Puan Maharani dirajut oleh Sub Suku Dayak Iban, dikenal sebagai Suku Moan.

Baca Juga: 10 Ketrampilan Teknis untuk Usaha Sampingan dengan Pendapatan Menggiurkan, Pelajari Salah Satunya: Finansial Aman

Proses pembuatan kain dengan motif ini memakan waktu sekitar 3,5 bulan, menandakan rasa kesungguhan dalam menciptakan karya seni tersebut.

Dahulu, motif "ruit besai" digunakan sebagai simbol kemenangan.

Pada zaman kemerdekaan, pejuang-pejuang Dayak mengenakan motif ini untuk mewakili keberhasilan dalam perjuangan mereka.

Motif "ruit besai" memiliki akar dari buah tua yang ada sejak zaman nenek moyang.

Baca Juga: Bocoran Kisi-kisi Soal TWK dan TKP CPNS 2023, Cermati Nilai Ambang Batas dan Bobotnya

Namun, motif ini saat ini menjadi jarang, karena hanya sedikit individu yang memiliki keahlian untuk menciptakannya di Desa Adat Dayak.

Keputusan Puan Maharani untuk memilih motif "ruit besai" dimulai ketika Yoalanda memperlihatkan beberapa contoh kain adat Dayak kepada beliau beberapa waktu yang lalu.

Puan Maharani tertarik dengan motif "ruit besai" dan dengan tegas memutuskan untuk mengenakannya.

Untuk melengkapi penampilannya dalam pakaian adat, Puan Maharani juga mengenakan aksesoris berupa ikat kepala yang terbuat dari bulu burung Ruai.

Baca Juga: Bocoran Jenjang Karier PNS, Asal Lulusan SD, SMP, SMA hingga S3

Burung Ruai, jenis burung merak yang hanya ada di wilayah hulu Kapuas, saat ini menjadi langka.

"Burung Ruai telah menjadi legenda di kalangan suku Dayak karena keindahannya. Oleh karena itu, burung Ruai diartikan sebagai simbol kecantikan perempuan Dayak." Jelasnya.***

Tags :
BERITA TERKAIT
BERITA TERKINI