INFOSEMARANG.COM -- Pakar kardiovaskular, dr. Teuku Istia Muda Perdan, Sp. J.P, FIHA, memperingatkan bahwa gagal jantung bisa terjadi akibat paparan polusi udara PM 2.5, yang merupakan indikator tingkat polusi udara.
Partikel-partikel sangat kecil ini dapat menembus pembuluh darah dan menyebabkan sumbatan yang berpotensi fatal.
Polusi udara, terutama emisi karbon, mencampurkan udara dengan partikel berbahaya seperti amonia, karbon monoksida, nitrogen dioksida, dan sulfur dioksida.
Baca Juga: Empat Anggota Geng Diamankan Setelah Lakukan Pembacokan di Jalan Pengapon, Kota Semarang
Hal ini membuat udara menjadi tidak sehat untuk dihirup dan berpotensi merusak kesehatan jantung.
Teuku Istia menjelaskan pada kondisi aterosklerosis atau adanya penumpukan lemak pada dinding dalam pembuluh darah arteri, polutan dalam tubuh dapat memicu terbentuknya zat radikal bebas yang berperan dalam proses pembentukan plak pada dinding pembuluh darah.
"Jika plak tersebut pecah, maka dapat menyebabkan serangan jantung, stroke, dan kematian," katanya yang juga berpraktik di RS Pondok Indah – Bintaro Jaya seperti dikutip dari Antara, Jumat, 8 September 2023.
Kaitan Polusi Udara dengan Penyakit Kardiovaskular
Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab utama kematian di seluruh dunia.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat bahwa lebih dari 17 juta orang meninggal akibat penyakit jantung dan pembuluh darah setiap tahunnya.
Di Indonesia, data dari Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 menunjukkan peningkatan kasus penyakit jantung dan pembuluh darah di masyarakat.
Dampak Polusi Udara pada Kelompok Masyarakat
Dr. Teuku Istia menegaskan bahwa masalah kardiovaskular akibat polusi udara tidak hanya mengancam individu, tetapi juga kelompok masyarakat.
Oleh karena itu, pencegahan penyakit jantung menjadi sangat penting untuk meningkatkan kualitas hidup dan mengurangi beban ekonomi negara.
"Diperlukan komitmen bersama antara pemerintah, penyedia layanan kesehatan, dan masyarakat untuk menurunkan angka risiko penyakit kardiovaskular," kata Teuku Istia.
Dalam upaya pencegahan, dr. Teuku Istia menekankan pentingnya komitmen bersama antara pemerintah, penyedia layanan kesehatan, dan masyarakat untuk menurunkan risiko penyakit kardiovaskular.
Penanganan serius terhadap gangguan kardiovaskular memerlukan intervensi ahli medis yang sesuai dengan rekomendasi internasional, serta teknologi dan tenaga medis yang kompeten.
Deteksi Dini dan Kesadaran Masyarakat
Selain upaya pencegahan, kesadaran masyarakat Indonesia terhadap deteksi dini penyakit jantung juga sangat penting.
Pemeriksaan kesehatan rutin merupakan langkah awal yang efektif untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan penyakit, termasuk penyakit jantung.
Berbagai jenis penyakit jantung memerlukan tes dan cara deteksi yang berbeda. Misalnya, pemeriksaan sumbatan jantung koroner dimulai dari treadmill stress test hingga CT-scan jantung.
Sementara itu, pemeriksaan sudden cardiac death atau henti jantung mendadak membutuhkan tes seperti rekam jantung (EKG) dan holter monitoring.
Selain itu, pemeriksaan USG jantung atau echocardiography sangat penting untuk memeriksa struktur ruang-ruang jantung, mendeteksi masalah pada katup, serta penebalan dan pembengkakan pada jantung.***