INFOSEMARANG.COM - Sosok Wali Kota Bogor, Bima Arya jadi perbincangan, lantaran batalkan pemecatan guru honorer favorit di SDN Cibereum 1 Bogor.
Setelah sebelumnya viral pemberhentian guru honorer bernama Mohamad Reza Arnando secara sepihak oleh kepala sekolah tempatnya mengajar.
Usut-punya usut pemberhentian itu dikarenakan guru honorer tersebut melaporkan adanya pungutan liar atau pungli yang dilakukan pimpinannya di Sekolah tempat ia mengajar.
Bima Arya pun menaruh atensi pada kasus yang terjadi di wilayah kerjanya ini, hingga Kepala Sekolah SDN Cibereum 1 mendapat sanksi.
Lantas siapa sosok Wali Kota Bogor yang kini tengah jadi perhatian masyarakat?
Dilansir dari website resmi pemerintah kotabogor.go.id, inilah profil Bima Arya
Ia merupakan pria yang lahir di Paledang, Bogor pada tanggal 17 Desember 1972 ini adalah anak dari pasangan Toni Sugiarto dan Melinda Susilarini.
Ayahnya adalah seorang mantan polisi yang juga merupakan tokoh di Bogor, sementara ibunya pernah menjadi finalis dalam ajang Duta Pariwisata Bogor.
Baca Juga: Wali Kota Bogor Sebut Ada Bukti Pelanggaran yang Dilakukan Kepala Sekolah Pecat Guru Honorer
Bima Arya menghabiskan masa pendidikan dasar hingga menengahnya di Kota Bogor.
Baru setelah itu, dia memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat perguruan tinggi di Bandung.
Dia masuk ke Universitas Parahyangan (Unpar) dan mengambil jurusan Hubungan Internasional di Fakultas Ilmu Sosial Politik.
Selama masa kuliahnya, Bima sangat aktif dalam berbagai kegiatan di organisasi kemahasiswaan.
Baca Juga: Ahli Waris Dapat Rp 3 Juta, Mbak Ita Salurkan Santunan Kematian Warga Tidak Mampu di Kota Semarang
Dia bahkan dipercayakan sebagai Wakil Ketua Himpunan Mahasiswa Hubungan Internasional Unpar pada periode 1992–1993.
Orang nomor 1 Kota Bogor ini memang sering kali dipilih untuk memimpin berbagai kepanitiaan
Salah satu puncaknya adalah ketika dia ditunjuk sebagai Ketua Umum Panitia Pertemuan Nasional Mahasiswa Hubungan Internasional se-Indonesia (PNMHII) ke VII di Gedung Asia Afrika Bandung pada tahun 1995.
Baca Juga: Pemprov Jawa Tengah Peroleh 2.200 Kuota PPPK pada Seleksi CASN 2023, Mayoritas Formasi untuk Guru
Setelah menyelesaikan studi di Unpar, Bima melanjutkan pendidikannya di bidang Development Studies di Monash University, Melbourne.
Setelah dua tahun berada di luar negeri, dia kembali ke Indonesia pada tahun 1998 dan mulai mengajar sebagai dosen Hubungan Internasional di almamaternya.
Pada tahun yang sama, Bima Arya juga memasuki dunia politik.
Kiprah politiknya di Partai Amanat Nasional (PAN) menjabat sebagai Sekretaris DPD PAN Kota Bandung pada periode 1998 - 2000.
Baca Juga: TAMAT! Jadwal Tayang Attack on Titan Final Season Part 4: Kisah Epik yang Akan Segera Berakhir
Tahun 2001, Bima pindah ke ibukota dan bekerja sebagai dosen sekaligus Asisten Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan di Universitas Paramadina.
Setahun kemudian, dia mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan studi Doktor Ilmu Politik di Australian National University di Canberra, Australia.
Selama menjalani studi, Bima yang pernah memimpin Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) di Australia juga bekerja sebagai peneliti di Research School for Pasific and Asian Studies, Canberra.
Pada tahun 2002, Bima menikah dengan Yane Ardian, putri dari almarhum Ardi Rahman (Tan Ki Hoan), seorang pengusaha angkot terkenal.
Mereka resmi menjadi pasangan suami istri pada tanggal 28 Desember 2002.
Setelah meraih gelar Doktornya pada tahun 2006, Bima kembali ke Indonesia.
Setelah kembali ke Indonesia, Bima Arya mengabdikan dirinya secara intensif dalam praktik politik.
Untuk mengokohkan keilmuannya, dia mendirikan lembaga konsultan politik yang dikenal dengan nama Charta Politika Indonesia.
Analisisnya yang tajam dan mendalam membuatnya menjadi seorang pengamat politik yang sering muncul di berbagai media.
Komentarnya selalu didukung oleh data dan survei, menjadikan Bima Arya unggul sebagai pengamat politik.
Namun, setelah menikmati popularitas sebagai seorang pengamat politik, Bima Arya merasa tertantang untuk terlibat dalam politik praktis.
Pada periode 2010-2015, dia kembali menjadi anggota pengurus pusat DPP PAN.
Hal ini mengakibatkan dia berhenti sebagai pengamat politik dan mengundurkan diri dari lembaga Charta Politika Indonesia.
Baca Juga: Dampak El Nino, Waspada Harga Beras Akan Meroket
Tiga tahun kemudian, bersama dengan Usmar Hariman, Bima Arya mencalonkan diri dalam Pilkada Bogor.
Pasangan ini memenangkan pemilihan dengan perolehan 32.835 suara atau 33,14 persen, mengalahkan beberapa kandidat lainnya.
Bima Arya dan Usmar Hariman memimpin Bogor dalam periode 2014 – 2019, dan kembali menjabat di periode kedua 2019-2024.***