Fakta Menarik Tentang Mbok Yem, Pemilik Warung Pecel Tertinggi di Puncak Gunung Lawu

Potret Mbok Yem Gunung Lawu (Sumber : YouTube @agungsmp)

INFOSEMARANG.COM- Gunung Lawu mengalami kebakaran hebat pada penghujung September 2023.

Sedikitnya 910 hektare hangus dilalap api, bahkan sebuah tempat legend yakni Warung Mbok Yem di Puncak Gunung Lawu ikut menjadi korban.

Mbok Yem merupakan pemilik warung di puncak lawu yang bernama Hargodalem

Baca Juga: WAJIB TAHU! Ini 3 Kode Plastik yang Berbahaya Jika Digunakan Untuk Wadah Makanan dan Minuman

Kisah Mbok Yem, seorang pemilik warung di puncak Gunung Lawu yang telah dikenal sebagai warung tertinggi di dunia.

Tidaklah mengherankan bahwa kisah Mbok Yem menarik perhatian banyak orang.

Sebuah video singkat berdurasi 19 detik yang diunggah kanal YouTube Agungsmp memperlihatkannya ditandu turun dari puncak Gunung Lawu.

Baca Juga: Kembali Terjadi! Kecelakaan di Tol Semarang Libatkan Minibus Pariwisata Bepenumpang

Bagi para pendaki, Mbok Yem bukan sekadar pemilik warung, melainkan juga bagian tak terpisahkan dari pengalaman mendaki Gunung Lawu.

Wakiyem, atau lebih akrab disapa Mbok Yem, mulai mencuri perhatian sejak lama.

Namun, bagi para pendaki Gunung Lawu, sosoknya sudah menjadi legenda sejak lama.

Baca Juga: Kepsek SMP 2 Cimanggu Bongkar Sikap Pelaku Bullying Saat Kegiatan di Sekolah: Termasuk Siswa...

Perempuan berusia 63 tahun ini bukanlah individu biasa. Dengan tekad dan keberaniannya, dia memutuskan untuk membuka warung di ketinggian 3.150 mdpl, menjadikannya salah satu warung tertinggi di dunia.

Sejak tahun 1980-an, warung sederhananya yang terbuat dari kayu ini telah menjadi tempat perlindungan dan penyegaran bagi para pendaki.

Menjangkau warung Mbok Yem memerlukan usaha keras sekitar 6 hingga 7 jam, tetapi bagi para pendaki, keberadaan warung ini memberikan kehangatan.

Baca Juga: Jadwal PSIS Semarang BRI Liga 1 Bulan Oktober 2023, Motivasi di Jalur Juara

Terutama dalam cuaca yang dingin dan bisa mencapai suhu minus 5 derajat Celsius.

Menjalankan warung di ketinggian bukanlah tugas yang mudah. Cuaca ekstrem, angin kencang, dan tantangan logistik merupakan sebagian kecil dari masalah yang dihadapi.

Namun, Mbok Yem tidak pernah menyerah. Dengan dukungan dari beberapa kerabatnya, dia mampu melayani hingga 300 pendaki dalam sehari.

Baca Juga: Pandawara Batal Bersihkan Pantai Cibutun Sukabumi, Kompak Ditolak Karang Taruna dan Pemdes Sangrawayang

Bahkan, pada momen khusus seperti perayaan Hari Kemerdekaan atau bulan Suro, Gunung Lawu dipenuhi oleh para pendaki, menjadikan warungnya selalu ramai.

"Saya akan tetap berada di sini selama saya masih kuat," ujar Mbok Yem dengan semangat yang membara.

Meskipun dia menjalankan warung di puncak gunung, Mbok Yem tetap menjalankan tradisi mudiknya saat Lebaran setiap tahun.

Baca Juga: Jadwal MotoGP 2023, 15 Oktober 2023 Digelar di Indonesia

Dia turun gunung hanya sekali dalam setahun, tepatnya saat merayakan Lebaran.

Tahun ini, dia kembali turun gunung dengan bantuan tandu, tujuannya sederhana: berkumpul dengan keluarga besar.

Saiful Gimbal, keponakan Mbok Yem, mengonfirmasi bahwa Mbok Yem pulang untuk merayakan Lebaran bersama keluarga besar di Desa Gonggang.

Baca Juga: Juru Bicara Prabowo Angkat Bicara, Usai Pernyataan Frontal Ketum Hanura Singgung Bacapres Tak Beristri: Tidak Punya...

"Mungkin dia akan tinggal seminggu di rumah untuk merayakan Lebaran," ungkapnya.

Kisah Mbok Yem adalah cerminan dari tekad, perjuangan, dan cinta kasih.

Meskipun berada di ketinggian, semangatnya untuk berjuang dan menyatukan keluarga selalu menyala.

Bagi banyak pendaki, Mbok Yem bukan hanya pemilik warung, melainkan juga simbol ketekunan dan keberanian.

Baca Juga: WADUH! Venue Pertadingan Timnas Indonesia vs Brunei Darussalam Berpotensi Dipindah Gara-gara Karhutla

Dia adalah inspirasi yang membuktikan bahwa di mana pun kita berada, dengan tekad yang kuat, kita dapat memberikan makna dan membawa perubahan positif bagi banyak orang.***

Tags :
BERITA TERKAIT
BERITA TERKINI