INFOSEMARANG.COM - Menumpuknya pekerjaan dan rutinitas sehari-hari yang padat dapat meningkatkan risiko stres, dan fenomena ini sebaiknya tidak diabaikan begitu saja.
Stres yang berkelanjutan dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, termasuk masalah seperti rambut rontok yang pada akhirnya dapat menyebabkan kebotakan.
Saat ini, kebotakan seringkali dianggap sebagai suatu hal yang timbul secara alami, misalnya karena proses penuaan.
Baca Juga: Tingkat Persaingan Pelamar CPNS 2023 di Setiap Instansi, KPK Paling Ketat
Namun, rambut yang rontok juga bisa menjadi akibat dari efek samping dari pengobatan tertentu, penggunaan produk perawatan yang tidak tepat, atau bahkan stres yang berlarut-larut.
Pertanyaannya adalah, mengapa stres bisa menjadi penyebab rambut rontok?
Kebotakan Akibat Stres
Selain faktor penuaan, stres psikososial ternyata juga memiliki kemampuan untuk memicu rambut rontok hingga kebotakan.
Baca Juga: Tanda-Tanda Anda Khawatir Berlebihan Tentang Segala Sesuatu, Redam Agar Kondisi Mental Sehat!
Stres psikososial adalah tipe stres yang muncul akibat perasaan "tertekan" atau merasa terancam oleh faktor sosial dan lingkungan.
Perasaan kesepian dan terabaikan juga masuk ke dalam kategori stres psikososial.
Penting untuk tidak meremehkan kondisi ini karena dapat berdampak negatif pada kesehatan baik secara fisik maupun mental.
Seseorang yang mengalami stres psikososial mungkin akan mengembangkan perasaan kesepian, perasaan terasing, hilangnya semangat, dan merasa tidak mendapat dukungan.
Baca Juga: 9 Cara Menerapkan Sikap Optimis dalam Kehidupan, Salah Satunya Atur Pola Pikir yang Positif!
Stres pada akhirnya dapat berdampak pada kerontokan rambut dan berpotensi berujung pada kebotakan.
3 Jenis Kebotakan Akibat Stres
Terdapat tiga jenis kebotakan yang dapat disebabkan oleh stres, yaitu:
1. Alopecia areata
Ketika seseorang mengalami stres atau tekanan emosional, risiko munculnya alopecia areata, yang disebabkan oleh peradangan atau gangguan autoimun, menjadi lebih tinggi.
Selain faktor emosional, terdapat berbagai faktor lain yang dapat memicu alopecia areata, termasuk faktor genetik dan lingkungan.
Kebotakan ini umumnya terjadi pada kulit kepala, tetapi juga bisa terjadi di area tubuh lain yang tumbuh rambut.
Kerontokan rambut pada kondisi ini biasanya memiliki pola melingkar dan dapat menjadi lebih parah akibat stres.
Baca Juga: Senang Menikmati Waktu Sendiri? Tanda-Tanda Kamu Memiliki Kepribadian INFP
2. Telogen Effluvium
Rambut rontok sebenarnya adalah hal yang wajar. Dalam satu hari, biasanya seseorang bisa kehilangan sekitar 100 helai rambut.
Namun, ada situasi tertentu di mana seseorang mungkin mengalami kerontokan yang lebih parah, dan seringkali, stres berperan di sini. Kondisi ini dikenal dengan istilah telogen effluvium.
Pada kondisi normal, rambut yang rontok akan digantikan oleh pertumbuhan rambut yang baru.
Sayangnya, telogen effluvium dapat mengganggu proses ini, terutama jika seseorang mengalami stres atau tekanan emosi negatif. Stres membuat rambut menjadi lebih rentan terhadap kerontokan.
Baca Juga: Cara Cepat Cetak Kartu Pendaftaran CPNS 2023 di sscasn.bkn.go.id Mulai 12 Oktober
3. Trikotilomania:
Stres bisa mendorong seseorang untuk melakukan perilaku tertentu yang meningkatkan risiko rambut rontok.
Salah satu perilaku ini disebut trikotilomania, yang membuat seseorang terbiasa menarik rambutnya tanpa sadar.
Kebiasaan ini dapat merusak rambut dan akhirnya menyebabkan kebotakan akibat seringnya rambut ditarik.
Meskipun kebotakan pada kepala tidak mengancam jiwa, kondisi ini dapat mereduksi rasa percaya diri individu.
Baca Juga: Gempa Guncang Sumba Timur NTT Kamis Sore Magnitudo 5.0, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami
Selain itu, rambut rontok yang berlebihan juga sebaiknya tidak diabaikan, karena mungkin merupakan tanda adanya masalah kesehatan yang perlu diperhatikan.***